BANDUNG – Kehadiran agama merupakan sumber energi untuk membangun masyarakat. Oleh karena itu toleransi kehidupan umat beragama merupakan wujud sosiologis masyarakat Indonesia. Setiap umat pun, dapat melaksanakan ajaran menurut agama masing-masing dengan tidak saling menista. Hal demikian, diungkapkan Anggota MPR RI dari Fraksi PKS, Dr. Hermanto, Senin (19/12).
"Agama merupakan ruh bangsa yang menjadi sumber energi untuk membangun masyarakat yang beradab dan berkeadilan" ujarnya.
Karena itu, menjadi suatu keniscayaan bagi pemimpin bangsa untuk mengejawantahkan nilai-nilai agama kedalam pola perilaku keseharian agar menjadi teladan bagi anak bangsa.
"Kepribadian pemimpin di Indonesia harus memiliki jiwa keagamaan yang kuat agar menjadi teladan bagi masyarakat,” imbuhnya.
Kepribadian pemimpin seperti itu, merupakan pengejawantahan Sila ke-1 Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa; dan Pembukaan UUD NRI 1945 dimana Indonesia dibangun atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
"Pemimpin yang memiliki jiwa keagamaan adalah pemimpin yang setia pada Pancasila dan UUD NRI 1945" tegasnya.
Dengan demikian, Hermanto mengingatkan agar dalam setiap momen pemilihan pemimpin di semua tingkatan, untuk memilih pemimpin yang menerapkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, beradab, memiliki jiwa persatuan, dialogis dan menegakkan keadilan.
"Pemimpin yang terbukti tidak beradab, anti dialog dan merasa benar sendiri adalah pemimpin yang tidak bisa menerapkan nilai Pancasila. Pemimpin semacam ini jangan dipilih kembali", pungkas Hermanto. (NR)
"Agama merupakan ruh bangsa yang menjadi sumber energi untuk membangun masyarakat yang beradab dan berkeadilan" ujarnya.
Karena itu, menjadi suatu keniscayaan bagi pemimpin bangsa untuk mengejawantahkan nilai-nilai agama kedalam pola perilaku keseharian agar menjadi teladan bagi anak bangsa.
"Kepribadian pemimpin di Indonesia harus memiliki jiwa keagamaan yang kuat agar menjadi teladan bagi masyarakat,” imbuhnya.
Kepribadian pemimpin seperti itu, merupakan pengejawantahan Sila ke-1 Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa; dan Pembukaan UUD NRI 1945 dimana Indonesia dibangun atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
"Pemimpin yang memiliki jiwa keagamaan adalah pemimpin yang setia pada Pancasila dan UUD NRI 1945" tegasnya.
Dengan demikian, Hermanto mengingatkan agar dalam setiap momen pemilihan pemimpin di semua tingkatan, untuk memilih pemimpin yang menerapkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, beradab, memiliki jiwa persatuan, dialogis dan menegakkan keadilan.
"Pemimpin yang terbukti tidak beradab, anti dialog dan merasa benar sendiri adalah pemimpin yang tidak bisa menerapkan nilai Pancasila. Pemimpin semacam ini jangan dipilih kembali", pungkas Hermanto. (NR)