Notification

×

Iklan

Iklan

Gubernur Jabar : Perubahan Orientasi Cara Belajar Bahasa Untuk Pelestarian Bahasa Ibu

Senin, 20 Februari 2017 | 19:00 WIB Last Updated 2017-02-20T12:00:38Z

http://www.jabarprov.go.id/assets/images/berita/gambar_21428.jpg
BANDUNG,LENTERAJABAR. COM - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, harus ada perubahan orientasi cara belajar bahasa dari hanya sekadar penguasaan tata bahasa menjadi pelestarian bahasa agar tidak lekang dimakan zaman.

Bahasa ibu atau bahasa daerah semakin tergerus oleh perkembangan zaman saat ini. Era globalisasi memupus keinginan generasi muda untuk semakin mencintai kearifan lokal bahasa dalam bertutur kata. Perlu cara berbeda untuk belajar bahasa dalam dunia pendidikan Indonesia.

“Bahasa akan terus kita ajarkan ya. Mungkin akan kita ubah orientasinya, yang asalnya orientasi tata bahasa, orientasinya ujian, untuk mendapatkan nilai. Maka ke depan orientasinya kita ubah, orientasinya adalah terpeliharanya bahasa, bukan ujian, bukan nilai,”tutur Kang Aher sapaan akrab pria berkacamata ini dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Aula Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jl. Naripan No. 9, Kota Bandung, Minggu kemarin,(19/2/2017) .

Menurutnya oleh karena itu, nanti kalau orietasinya adalah terpeliharanya bahasa, maka yang dipentingkan adalah pengucapan, penuturan. Dituturkan saja bahasa makan akan terpelihara secara otomatis,ujarnya.
Dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional bertajuk “Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher” ini, Aher yang didampingi istri Netty Prasetiyani Heryawan sempat didaulat membacakan Carpon. Carpon atau Carita Pondok Naker, yaitu cerita pendek Bahasa Sunda yang disajikan dalam satu atau dua kalimat tamat yang memiliki nilai moral atau humor.

Pada kesempatan ini, Aher membacakan carita pondok (carpon) berjudul “Kagegel Oray” (Digigit Ular) karya Badruzaman Baza. Sementara Netty baca carpon berjudul “Doger Monyet” yang juga diciptakan oleh Badruzaman. Membaca carpon bisa menjadi cara belajar Bahasa Sunda dalam bentuk pengucapan secara langsung.

Heryawan menyambut baik kegiatan ini sebagai salah satu upaya melestarikan Bahasa Sunda, salah satu bahasa ibu di Tanah Air. Menurut Heryawan, setiap bahasa di dunia memiliki keindahan tata bahasa masing-masing yang harus dipelihara.

“Sebab keindahan bahasa itu spesial. Artinya keindahan bahasa yang ada pada Bahasa Sunda berbeda dengan bahasa lainnya, juga sebaliknya. Karena spesial, spesifik, maka tidak ada kata lain kecuali kita harus ngamumule (memelihara) dengan baik supaya tidak punah,” katanya.

Pemprov Jawa Barat juga telah memperhatikan pelestarian Bahasa Sunda dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda). Perda Nomor 14 Tahun 2014 merupakan revisi Perda Nomor 5 Tahun 2003 sebagai payung hukum dalam pelestarian bahasa,sastra,dan tulisan daerah Bahasa Sunda.(Fr/R)
×
Berita Terbaru Update