BANDUNG,LENTERAJABAR.COM - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih 2 tahun lagi, namun Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto sudah digadang-gadang ikut serta dalam hajat tersebut, guna kembali bersaing dengan Joko Widodo (Jokowi).
Tiga tokoh digadang-gadang akan mendampingi Prabowo Subianto, menjadi Cawapres di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 nanti. Tiga tokoh itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zinul Majdi.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan, ada dua tokoh yang memiliki peluang mendampingi Prabowo, yakni Ahmad Heryawan dan Soekarwo.
"Karena Jawa Barat dan Jawa Timur jumlah penduduknya sangat banyak, bisa dijadikan modal bagi Prabowo menggandeng salah satu dari mereka," ujar Muradi, Senin (24/4).
Menurut Muradi, mantan Danjen Kopassus tersebut harus berpikir panjang untuk menggandeng Gubernur NTB Muhammad Zinul Majdi. Sebab wilayah NTB tidak begitu luas jika dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Sehingga NTB tidak bisa diharapkan banyak untuk mendulang suara di Pilpres 2019. "Jumlah penduduk di NTB tidak terlalu besar dan kecil diharapkan mendulang suara," katanya.
Sementara untuk Anies Baswedan, Muradi lebih berpendapat cagub DKI Jakarta terpilih itu peluangnya sangat kecil. Karena Anies belum bisa membuktikan keberhasilannya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Prabowo juga akan berpikir panjang apabila mengusung Anies Baswedan.
"Anies sangat sulit karena belum membuktikan apapun," ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Pouyono mengatakan, partainya telah bergerak bahkan semua kader partai berlogo kepala garuda ini yang ada di DPR dan di DPRD membantu memenangkan Prabowo Subianto. "Kader gerindra di legislatif harus bekerja secara baik dan benar (memenangkan Prabowo Subianto)," ujar Arief. Saat ini, tutur Arief, Partai Gerindra juga sedang fokus kapada penyelenggaran Pilkada serentak di tahun 2018. Pasalnya apabila calon yang diusung Gerindra menang, maka berpotensi akan mengangkat elektabilitas Prabowo Subianto. Karena dianggap menjadi suksesor.
"Pilkada 2018 bisa jadi tolak mesin partai untuk memperjuangkan Pak Prabowo menjadi Presiden," katanya. Sebelumnya, elektabilitas Prabowo Subianto dianggap meningkat lantaran berhasil mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi Gubernur-Wakil Gubernur terpilih. Karena Prabowo dianggap otak di belakang layar, yang mengatur strategi bagaimana bisa mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
Kader Partai Gerindra di tingkat akar rumput juga menginginkan mantan Danjen Kopassus itu bisa kembali bersaing dengan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 nanti. Lantas bagaimana tanggapan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Menurut Ketua DPP PDIP Hendrawan Supartikno bagi partai berlogo kepala banteng ini Prabowo tidak akan menjadi ancaman bagi Jokowi.
"Iya enggaklah (Prabowo tidak menjadi ancaman bagi Jokowi dan PDIP)," ujar Hendrawan. Anggota Komisi XI DPR ini bahkan berharap muncul sosok baru atau tokoh muda yang bisa bersaing dengan Jokowi di Pipres 2019 nanti. Pasalnya kata dia, kompetisi tidak menjadi menarik apabila Jokowi dan Prabowo subianto kembali bersaing di 2019. "Berharap muncul figur baru yang menarik sehingga panggung politik menarik untuk ditonton," katanya.
Lebih lanjut Hendrawan mengatakan, sampai saat ini PDIP belum memikirkan siapa pendampingJokowi di 2019. Karena sedang fokus di Pilkada serentak di 2018 nanti. Namun demikian ungkap Hendrawan, pendamping Jokowi adalah orang yang bersih latar belakangnya dan memiliki kopetensi baik sehingga bisa saling mengisi apabila dipercaya menjadi Presiden dan Wakil Presiden di 2019. "Diibaratkan seperti dua ban mobil, kalau bergeraknya sama kan berarti saling bersinergi," pungkasnya.
Sementara, Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana (UMB) Maksimus Ramses Lalongkoe mengatakan, Prabowo dari segi elektabilitasnya akan sulit melawan Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana. Karenanya Prabowo diprediksi akan kembali mendapat kekalahan pada Pilpres 2019 nanti. "Prabowo sulit menyaingi Jokowi. Sebaiknya Prabowo jadi Cawapres Jokowi," ujar Ramses.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia, Jokowi sudah memberikan banyak hal di Indonesia. Seperti percepatan pembangunan dan juga anti terhadap korupsi dan pungli. Sehingga walaupun Prabowo mendapat Cawapres yang elektabilitasnya tinggi juga belum dapat bersaing dengan Jokowi. "Prabowo harus benar-benar hitung ulang maju di Pilpres," katanya.
Selain itu tutur Ramses, dirinya juga menyoroti figur Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang memiliki elektabilitas tinggi. Ungkap Ramses Gatot akan cocok apabila menjadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019 nanti. "Karena Gatot integritasnya baik dan loyal terhadap Presiden. Gatot juga sangat nasionalis pemikirannya," pungkasnya.(Red)
Tiga tokoh digadang-gadang akan mendampingi Prabowo Subianto, menjadi Cawapres di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 nanti. Tiga tokoh itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zinul Majdi.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan, ada dua tokoh yang memiliki peluang mendampingi Prabowo, yakni Ahmad Heryawan dan Soekarwo.
"Karena Jawa Barat dan Jawa Timur jumlah penduduknya sangat banyak, bisa dijadikan modal bagi Prabowo menggandeng salah satu dari mereka," ujar Muradi, Senin (24/4).
Menurut Muradi, mantan Danjen Kopassus tersebut harus berpikir panjang untuk menggandeng Gubernur NTB Muhammad Zinul Majdi. Sebab wilayah NTB tidak begitu luas jika dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Sehingga NTB tidak bisa diharapkan banyak untuk mendulang suara di Pilpres 2019. "Jumlah penduduk di NTB tidak terlalu besar dan kecil diharapkan mendulang suara," katanya.
Sementara untuk Anies Baswedan, Muradi lebih berpendapat cagub DKI Jakarta terpilih itu peluangnya sangat kecil. Karena Anies belum bisa membuktikan keberhasilannya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Prabowo juga akan berpikir panjang apabila mengusung Anies Baswedan.
"Anies sangat sulit karena belum membuktikan apapun," ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Pouyono mengatakan, partainya telah bergerak bahkan semua kader partai berlogo kepala garuda ini yang ada di DPR dan di DPRD membantu memenangkan Prabowo Subianto. "Kader gerindra di legislatif harus bekerja secara baik dan benar (memenangkan Prabowo Subianto)," ujar Arief. Saat ini, tutur Arief, Partai Gerindra juga sedang fokus kapada penyelenggaran Pilkada serentak di tahun 2018. Pasalnya apabila calon yang diusung Gerindra menang, maka berpotensi akan mengangkat elektabilitas Prabowo Subianto. Karena dianggap menjadi suksesor.
"Pilkada 2018 bisa jadi tolak mesin partai untuk memperjuangkan Pak Prabowo menjadi Presiden," katanya. Sebelumnya, elektabilitas Prabowo Subianto dianggap meningkat lantaran berhasil mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi Gubernur-Wakil Gubernur terpilih. Karena Prabowo dianggap otak di belakang layar, yang mengatur strategi bagaimana bisa mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
Kader Partai Gerindra di tingkat akar rumput juga menginginkan mantan Danjen Kopassus itu bisa kembali bersaing dengan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 nanti. Lantas bagaimana tanggapan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Menurut Ketua DPP PDIP Hendrawan Supartikno bagi partai berlogo kepala banteng ini Prabowo tidak akan menjadi ancaman bagi Jokowi.
"Iya enggaklah (Prabowo tidak menjadi ancaman bagi Jokowi dan PDIP)," ujar Hendrawan. Anggota Komisi XI DPR ini bahkan berharap muncul sosok baru atau tokoh muda yang bisa bersaing dengan Jokowi di Pipres 2019 nanti. Pasalnya kata dia, kompetisi tidak menjadi menarik apabila Jokowi dan Prabowo subianto kembali bersaing di 2019. "Berharap muncul figur baru yang menarik sehingga panggung politik menarik untuk ditonton," katanya.
Lebih lanjut Hendrawan mengatakan, sampai saat ini PDIP belum memikirkan siapa pendampingJokowi di 2019. Karena sedang fokus di Pilkada serentak di 2018 nanti. Namun demikian ungkap Hendrawan, pendamping Jokowi adalah orang yang bersih latar belakangnya dan memiliki kopetensi baik sehingga bisa saling mengisi apabila dipercaya menjadi Presiden dan Wakil Presiden di 2019. "Diibaratkan seperti dua ban mobil, kalau bergeraknya sama kan berarti saling bersinergi," pungkasnya.
Sementara, Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana (UMB) Maksimus Ramses Lalongkoe mengatakan, Prabowo dari segi elektabilitasnya akan sulit melawan Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana. Karenanya Prabowo diprediksi akan kembali mendapat kekalahan pada Pilpres 2019 nanti. "Prabowo sulit menyaingi Jokowi. Sebaiknya Prabowo jadi Cawapres Jokowi," ujar Ramses.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia, Jokowi sudah memberikan banyak hal di Indonesia. Seperti percepatan pembangunan dan juga anti terhadap korupsi dan pungli. Sehingga walaupun Prabowo mendapat Cawapres yang elektabilitasnya tinggi juga belum dapat bersaing dengan Jokowi. "Prabowo harus benar-benar hitung ulang maju di Pilpres," katanya.
Selain itu tutur Ramses, dirinya juga menyoroti figur Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang memiliki elektabilitas tinggi. Ungkap Ramses Gatot akan cocok apabila menjadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019 nanti. "Karena Gatot integritasnya baik dan loyal terhadap Presiden. Gatot juga sangat nasionalis pemikirannya," pungkasnya.(Red)