JAKARTA,LENTERAJABAR.COM, - Anggota Komisi X DPR RI Mustafa Kamal mempertanyakan kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan di Indonesia tidak utuh dan masih setengah-setengah.
"Kalau setengah hati bagaimana mempercepat pembangunan. Bab niat sangat menentukan, kalau niat setengah hati hasilnya akan setengah-setengah," kata Mustafa dalam Diskusi Publik "Pendidikan Sebagai Lokomotif Pembangunan Peradaban Bangsa" di Gedung DPP PKS, Jln. TB Simatupang Jakarta Selatan, Kamis (4/5/2017).
Mustafa memberikan contoh peradaban masyarakat Indonesia yang pernah mengalami peningkatan luar biasa ketika Islam masuk ke Indonesia. "Bukan tentang Islamisasi namun tingkat peradaban yang tinggi. Masyarakat lokalnya yang ketika itu punya penerimaan luar biasa. Ulama datang bukan sebagai peminta minta namun melakukan pemberdayaan. Tidak setengah-setengah memberdayakan makanya ada akulturasi dan asimilasi. Beda dengan penjajah yang menjajah Indonesia," ungkap Sekjend DPP PKS ini.
Pendidikan itu, ujar Mustafa, merupakan bagian dari kampanye revolusi mental oleh Pemerintah. Karena itu, revolusi mental seharusnya menekankan komitmen penuh pada dunia pendidikan, tidak setengah-tengah pada sektor ini. "Karena nyawa utama pertumbuhan Indonesia adalah pendidikan," kata Mustafa.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP PKS itu hadir pula cendekiawan Muslim Adian Husaini sebagai pembicara.(Red/Hfa)
"Kalau setengah hati bagaimana mempercepat pembangunan. Bab niat sangat menentukan, kalau niat setengah hati hasilnya akan setengah-setengah," kata Mustafa dalam Diskusi Publik "Pendidikan Sebagai Lokomotif Pembangunan Peradaban Bangsa" di Gedung DPP PKS, Jln. TB Simatupang Jakarta Selatan, Kamis (4/5/2017).
Mustafa memberikan contoh peradaban masyarakat Indonesia yang pernah mengalami peningkatan luar biasa ketika Islam masuk ke Indonesia. "Bukan tentang Islamisasi namun tingkat peradaban yang tinggi. Masyarakat lokalnya yang ketika itu punya penerimaan luar biasa. Ulama datang bukan sebagai peminta minta namun melakukan pemberdayaan. Tidak setengah-setengah memberdayakan makanya ada akulturasi dan asimilasi. Beda dengan penjajah yang menjajah Indonesia," ungkap Sekjend DPP PKS ini.
Pendidikan itu, ujar Mustafa, merupakan bagian dari kampanye revolusi mental oleh Pemerintah. Karena itu, revolusi mental seharusnya menekankan komitmen penuh pada dunia pendidikan, tidak setengah-tengah pada sektor ini. "Karena nyawa utama pertumbuhan Indonesia adalah pendidikan," kata Mustafa.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP PKS itu hadir pula cendekiawan Muslim Adian Husaini sebagai pembicara.(Red/Hfa)