CIPARAY,KABUPATEN BANDUNG - Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia mentargetkan penanaman padi di bulan Agustus – September mencapai 1 juta hektar.
Penamaman di periode Agustus-September bertujuan menghindari paceklik di bulan November, Desember dan Juli. Itu disebabkan di bulan tersebut perubahan musim tidak menentu, sehingga dikhawatirkan melanda sebagian wilayah nusantara.
Mentri Pertanian Andi Amran Sulaeman mengatakan, penanaman satu juta hektar telah digulirkan sejak Juli 2016 lalu. Kebutuhan pasokan beras nasional minimal harus 2,6 juta ton. Sedangkan dengan penanaman saat ini seluas 500 hektar yang menghasilkan 1,5 juta ton.
“Hal itu harus dilakukan agar tidak terjadi paceklik di bulan November, Desember hingga Januari,” kata Amran saat meninjau kawasan pertanian padi di Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, baru-baru ini.
Ia melanjutkan, sistem yang dicanangkan tersebut sangat sederhana untuk meminimalisir paceklik. Jika penanaman satu juta hektare terealisasi, dipastikan akan mendapatkan hasil 3 juta ton. Jika dihubungkan dengan angka minimal dalam sekali panen, Indonesia memiliki surplus hingga 400 ribu ton. “Dipastikan tidak paceklik dan harga beras akan stabil,” kata Amran.
Guna menunjang hal tersebut, pihaknya telah mengalokasikan anggaran Rp 6 hingga 7 triliun untuk memenuhi kebutuhan alat mesin pertanian dan perbaikan infrastruktur.
Dari total anggaran tersebut Amran mengatakan sebanyak 70 persen diperuntukkan untuk petani, berbeda dengan sebelumnya yang hanya 35 persen.
“Untuk perjalanan dinas dan seminar akan kita kurangi serta pembelian kendaraan kita akan moratorium (dihentikan),” ujarnya.(Red)
Penamaman di periode Agustus-September bertujuan menghindari paceklik di bulan November, Desember dan Juli. Itu disebabkan di bulan tersebut perubahan musim tidak menentu, sehingga dikhawatirkan melanda sebagian wilayah nusantara.
Mentri Pertanian Andi Amran Sulaeman mengatakan, penanaman satu juta hektar telah digulirkan sejak Juli 2016 lalu. Kebutuhan pasokan beras nasional minimal harus 2,6 juta ton. Sedangkan dengan penanaman saat ini seluas 500 hektar yang menghasilkan 1,5 juta ton.
“Hal itu harus dilakukan agar tidak terjadi paceklik di bulan November, Desember hingga Januari,” kata Amran saat meninjau kawasan pertanian padi di Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, baru-baru ini.
Ia melanjutkan, sistem yang dicanangkan tersebut sangat sederhana untuk meminimalisir paceklik. Jika penanaman satu juta hektare terealisasi, dipastikan akan mendapatkan hasil 3 juta ton. Jika dihubungkan dengan angka minimal dalam sekali panen, Indonesia memiliki surplus hingga 400 ribu ton. “Dipastikan tidak paceklik dan harga beras akan stabil,” kata Amran.
Guna menunjang hal tersebut, pihaknya telah mengalokasikan anggaran Rp 6 hingga 7 triliun untuk memenuhi kebutuhan alat mesin pertanian dan perbaikan infrastruktur.
Dari total anggaran tersebut Amran mengatakan sebanyak 70 persen diperuntukkan untuk petani, berbeda dengan sebelumnya yang hanya 35 persen.
“Untuk perjalanan dinas dan seminar akan kita kurangi serta pembelian kendaraan kita akan moratorium (dihentikan),” ujarnya.(Red)