Notification

×

Iklan

Iklan

Ketua Fraksi PKS: Klaim Atas Yerussalem Adalah Bentuk Penindasan, Kezaliman dan Penjajahan

Selasa, 12 Desember 2017 | 13:38 WIB Last Updated 2017-12-12T06:38:02Z
JAKARTA.LENTERAJABAR.COM-Ratusan ribu massa Partai Keadilan Sejahtera dan ormas-ormas Islam/kemanusiaan mengikuti Aksi Bela Palestina di depan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta, Minggu (10/12). Mereka mengibar-ngibarkan bendera Merah Putih dan Palestina serta mengangkat poster Bela Palestina dan menolak pengakuan sepihak Yerussalam sebagai ibukota Israel oleh Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu.

Tampil di atas panggung aksi untuk menyampaikan orasi sejumlah tokoh antara lain Presiden PKS HM. Sohibul Iman, Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini, Ketua Umum PUI KH Nazar Haris, Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim dan ormas lainnya serta sejumlah perwakilan lembaga kemanusiaan dan elemen masyarakat peduli Palestina.

Mendapat giliran berorasi Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini menegaskan bahwa aksi damai ini dilakukan untuk melaksanakan amanat Konstitusi UUD 1945 yang memerintahkan (rakyat) Indonesia untuk aktif mewudkan perdamain dunia.

"Kita berkumpul di sini karena kita cinta damai dan perdamaian dunia. Sebaliknya kita punya kewajiban konstitusional untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas dunia," terang Jazuli mengawali orasinya.

Seluruh rakyat Indonesia berada di pihak Palestina dan mendukung perjuangan rakyat Palestina dari penjajahan Israel. Segala upaya memperparah penjajahan Israel atas rakyat Palestina pasti kita tolak.

"Kita hadir di sini untuk menentang kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang secara sepihak mendeklarasikan Yerussalem sebagai ibukota Israel, karena kebijakan itu adalah penindasan, kezaliman dan penjajahan. Kita akan perangi seluruh bentuk penjajahan di muka bumi ini," tegas Jazuli disambut pekik merdeka dan takbir.

Pengakuan sepihak Yerussalem sebagai ibukota Israel jelas menciderai semangat pembebasan rakyat Palestina dari penjajahan Israel. "Kita tolak klaim tersebut karena Yerussalem adalah milik Palestina. Yerussalem, di dalamnya terdapat komplek Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam sehingga memiliki tempat tersendiri di hati 1,7 milyar umat muslim dunia," tegasnya.

"Klaim penguasaan Yerussalem akan semakin merestriksi dan merepresi rakyat Palestina dan muslim sedunia untuk berkunjung dan beribadah ke Masjid Al-Aqsa. Dengan demikian sama saja melawan 1,7 milyar muslim sedunia," terangnya.

Selain itu, penjajahan dan perlakuan keji tentara Israel terhadap rakyat Palestina telah menjadi isu kemanusiaan internasional yang menyulut aksi solidaritas kemanusiaan dunia untuk Palestina. Rasa kemanusiaan dunia juga akan terlukai akibat kebijakan sepihak tersebut.

AS Akan Dikucilkan, Donald Trump Akan Terjungkal

Atas kebijakan sepihak yang blunder tersebut, Ketua Fraksi PKS DPR ini meminta agar Pemerintah AS dan Presiden Donald Trump membatalkan klaim tersebut dan tidak bermain-main dengan kemarahan umat Islam dunia bahkan umat-umat lain yang peduli pada perdamaian dan isu kemanusiaan rakyat Palestina. Jika tidak, kita pastikan AS akan dikucilkan dan Donald Trump akan terjungkal.

"Mayoritas pemimpin negara di dunia dan rakyatnya mengecam keputusan Donald Trump. Di berbagai belahan dunia berlangsung aksi bela Palestina. Jika Trump dan AS serikat tak bergeming kita yakin pasti akan dikucilkan dunia dan kepemimpinannya akan terjungkal," kecam Jazuli.

Terakhir, seru Anggota DPR Dapil Banten ini, kita mengapresiasi pernyataan tegas Presiden Jokowi dan Pemerintah RI soal isu ini, tapi kita ingin agar ada langkah lebih maju untuk menggalang kekuatan negara-negara dunia di kawasan, melalui forum OKI dan forum PBB untuk menolak dan menerbitkan resolusi atas klaim sepihak yang melanggar banyak kesepakatan dan resolusi dunia tersebut.

"Klaim itu jelas melanggar resolusi PBB dan menjustivikasi dan memperparah penjajahan Israel atas Palestina. Kita dorong Pemerintah untuk menggalang aksi penolakan dengan negara-negara lainnya," pungkas Jazuli.(Red/Rls)
×
Berita Terbaru Update