BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi dideklarasikan sebagai calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang diusung Partai Demokrat dan Partai Golkar. Deklarasi digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Taman Sari Kota Bandung, Selasa (9/1/2018).
Nuansa tarian tradisional mewarnai prosesi deklarasi, sejak Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang dipanggil dua DM memasuki kompleks Sabuga. Dua DM disambut bagaikan pengantin dalam adat betawi. Balas pantun tradisi Betawi berlangsung meriah, yang dilanjutkan dengan aksi silat antara pengantar dan penerima pasangan calon.
Di proses deklarasi, tarian Asmaul Husna dan tarian Siliwangi Purna Yudha , mengantarkan Dedi Mulyadi dan Dedi Mizwar memberikan sambutan. Acara semakin meriah dengan dengan pembacaan puisi Budayawan ISBI Imam Sholeh dan nyanyian Budi Cilok dan Candil.
Dedi Mulyadi mengungkapkan, rangkaian atraksi kesenian yang ditampilkan dalam deklarasi merupakan cerminan karakter Jawa Barat dalam menata Jawa Barat yang sejajar. “Khususnya dalam berkomitmen menyelesaikan berbagai masalah dan dalam upaya melayani rakyat Jawa Barat,” katanya.
Dalam sambutannya, Dedi Mizwar menegaskan, rakyat Jawa Barat yang mencapai 46 juta jiwa, jumlahnya dua kali penduduk benua Australia. Untuk menata dan mengelola provinsi ini, katanya, perlu kematangan dan kedewasaan sehingga bisa melaksanakan demokrasi dan harmoni. “Dan kekuasaan bukan menjadi tujuan kami, namun merupakan alat untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Jawa Barat. Kekuasaan juga menjadi sarana ibadah untuk saling memuliakan rakyat, bukan saling menghinakan,” kata artis peraih piala citra lima kali itu.
Sementara itu, Dedi Mulyadi dalam sambutannya meminta kader dan simpatisannya untuk benar-benar menyentuh rakyat yang setia kepada partainya. “Saya pernah bertemu dengan seorang tukang rongsokan, yang membawa roda dan menggunakan kaos golkar. Mereka tetap setia menggunakan kaos partainya yang lima ribu rupiah dan memakainya meskipun pemilu sudah lama berlalu,” kata Bupati Purwakarta ini.
“Apa pesannya dari cerita ini, tukang rongsokan itu lebih setia dibandingkan para pembesar yang selalu gonta-ganti baju partai. Sodara-sodara harus berjuang menyentuh mereka karena mereka setia kepada partainya,” kata Dedi lagi.
Dedi menambahkan, pada Pilkada serentak 2018 ini, tim nya jangan memberikan kaos murah kepada rakyat karena partai harus malu dengan kesetiannya. “Berikan kaos yang bagus. Jangan yang harganya lima ribu rupiah,” katanya. (Red/Rls)
Nuansa tarian tradisional mewarnai prosesi deklarasi, sejak Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang dipanggil dua DM memasuki kompleks Sabuga. Dua DM disambut bagaikan pengantin dalam adat betawi. Balas pantun tradisi Betawi berlangsung meriah, yang dilanjutkan dengan aksi silat antara pengantar dan penerima pasangan calon.
Di proses deklarasi, tarian Asmaul Husna dan tarian Siliwangi Purna Yudha , mengantarkan Dedi Mulyadi dan Dedi Mizwar memberikan sambutan. Acara semakin meriah dengan dengan pembacaan puisi Budayawan ISBI Imam Sholeh dan nyanyian Budi Cilok dan Candil.
Dedi Mulyadi mengungkapkan, rangkaian atraksi kesenian yang ditampilkan dalam deklarasi merupakan cerminan karakter Jawa Barat dalam menata Jawa Barat yang sejajar. “Khususnya dalam berkomitmen menyelesaikan berbagai masalah dan dalam upaya melayani rakyat Jawa Barat,” katanya.
Dalam sambutannya, Dedi Mizwar menegaskan, rakyat Jawa Barat yang mencapai 46 juta jiwa, jumlahnya dua kali penduduk benua Australia. Untuk menata dan mengelola provinsi ini, katanya, perlu kematangan dan kedewasaan sehingga bisa melaksanakan demokrasi dan harmoni. “Dan kekuasaan bukan menjadi tujuan kami, namun merupakan alat untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Jawa Barat. Kekuasaan juga menjadi sarana ibadah untuk saling memuliakan rakyat, bukan saling menghinakan,” kata artis peraih piala citra lima kali itu.
Sementara itu, Dedi Mulyadi dalam sambutannya meminta kader dan simpatisannya untuk benar-benar menyentuh rakyat yang setia kepada partainya. “Saya pernah bertemu dengan seorang tukang rongsokan, yang membawa roda dan menggunakan kaos golkar. Mereka tetap setia menggunakan kaos partainya yang lima ribu rupiah dan memakainya meskipun pemilu sudah lama berlalu,” kata Bupati Purwakarta ini.
“Apa pesannya dari cerita ini, tukang rongsokan itu lebih setia dibandingkan para pembesar yang selalu gonta-ganti baju partai. Sodara-sodara harus berjuang menyentuh mereka karena mereka setia kepada partainya,” kata Dedi lagi.
Dedi menambahkan, pada Pilkada serentak 2018 ini, tim nya jangan memberikan kaos murah kepada rakyat karena partai harus malu dengan kesetiannya. “Berikan kaos yang bagus. Jangan yang harganya lima ribu rupiah,” katanya. (Red/Rls)