BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Dalam untuk mengembangkan kemampuan (capacity building) jelang penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018, sekitar 60 orang anggota dan staf pegawai KPU se Jawa Barat mengikuti Bimbingan Teknis pendidikan pemilih dengan metode Bridge (Building Resources In Democracy, Government, and Election). Kegiatan digelar selama empat hari (2-5/01/2017) di Ballroom Amartapura eL Royale Hotel Bandung.
Dalam pemaparannya, fasilitator Bridge, Ferry Kurnia, menyadari jika persoalan kepemiluan merupakan hal yang rumit dan sulit. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah metode yang bisa menyederhanakan persoalan kepemiluan sehingga mudah dipahami dan mudah dimaknai oleh masyarakat.
Metodenya adalah sebuah model pengembangan kemampuan di bidang administrasi penyelenggaraan pemilihan umum. “Di situlah peran Bridge. Metode untuk menyederhanakan kepemiluan untuk pengembangan kapasitas kelembagaan dan kapasitas diri penyelenggara pemilu,” kata Ferry Kurnia, di sela-sela kegiatan Bridge (5/01/2017).
Mantan Komisioner KPU RI dan KPU Jawa Barat itu juga menjelaskan, terdapat banyak modul yang digunakan dalam Bridge tersebut. Seperti modul pengenalan administrasi pemilihan, modul hubungan masyarakat, modul penentuan batas daerah pemilihan, modul kontestan atau peserta pemilihan umum, modul persiapan untuk hari pemilihan umum, modul pemungutan dan penghitungan suara, dan modul pengamat pemilihan.
Dari modul-modul tersebut kemudian berkembang menjadi puluhan materi kepemiluan yang dibagi dalam empat hari. Materinya yaitu Mengapa harus ada Pemilu, Prinsip dan Standar Pemilu, Etika Penyelenggara Pemilu, Siklus Pemilu, Perbandingan Sistem Pemilu, Pentingnya Pendaftaran Pemilih, Jenis-jenis Pendaftaran Pemilih, Mekanisme Perencanaan Pendaftaran Pemilih dan Kriteria Hak Pilih dalam Pemilu.
Materi teknis lainnya juga membahas tentang partisipasi masyarakat dalam Pendaftaran Pemilih, Identifikasi Pemangku Kepentingan, Informasi Pemilu bagi Pemangku Kepentingan, Strategi Pendidikan Pemilih, Evaluasi Strategi Pendidikan Pemilih, Pengenalan Perencanaan Strategis, Penentuan Sasaran Perencanaan, Perencanaan Strategis, Manajemen Proyek, Dilema Implementasi Perencanaan serta Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu.
Pembeda antara metode Bridge dengan lainnya adalah soal penyajian materi. Penyajian materi lebih pada bentuk partisipatif dengan melibatkan peserta secara aktif baik dalam diskusi kelompok atau kerja kelompok. Kegiatan itu juga semakin meriah dengan ice breaking, energizer dan tema saling silang yang melibatkan peserta secara bergantian.
Dengan kegiatan tersebut, Ferry berharap, para alumni dari Bimtek Bridge dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam kegiatan kepemiluan yang personil KPU hadapi setiap saat. “Mudah-mudahan bisa membawa kelembagaan KPU menjadi lebih baik dalam mensukseskan Pilgub dan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2018,” pungkasnya.
Untuk diketahui, metode Bridge sudah digunakan di lebih dari 80 negara dan diakui secara internasional. Pada Desember 2016, Bridge sudah memiliki 3367 fasilitator yang terakreditasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang sudah memiliki fasilotator sebanyak 68 orang.
Bridge saat ini berkantor di AEC Canberra, Australia. Bridge memiliki kemitraan dari 5 organisasi antara lain, IDEA International, IFES, UNDP, UNEAD dan AEC. Selain Ferry Kurnia, narasumber lain pada Bimbingan Teknis pendidikan pemilih dengan metode Bridge adalah Abdul Aziz, Endang Sulastri, Kelly Mariana, Dahlia Umar dan Ketut Udi Prayudi.(Red/Rls)