BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Pembangunan tol air di kawasan Pagarsih berimpliksai pada jaringan pipa yang dimiliki Perusahaan Daerah air Minum(PDAM) Tirtawening Kota Bandung karena beberapa saluran pipa milik PDAM selama lima bulan terakhir sudah lima kali pipa saluran air harus diperbaiki lantaran terpotong oleh alat berat.
Demikian hal tersebut di katakan Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtawening, Kota Bandung, Sonny Salimi kepada wartawan di Bandung , Selasa (9/1).
Menurut Sonny, pihaknya dirugikan karena harus berkali-kali melakukan perbaikan. Sekali perbaikan bisa menelan biaya Rp 50 sampai Rp 100 juta,jelasnya seraya mengatakan harga perbaikan tergantung kerusakan seberapa parah. Rata-rata ya’ segitu,” terangnya.
Terpotongnya pipa saluran air di kawasan Pagarsih merupakan kasus terbanyak dibandingkan lokasi pembangunan lain.Sonny mengungkapkan, sudah melakukan koordinasi dengan dengan Dinas Pengerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, maupun dengan pihak kontraktor. Namun, menurut Sonny tidak ada penanganan serius dari kedua pihak terebut.
“Jika ada pipa kami yang rusak karena kegiatan mereka, seharunya mereka sebagai orang lapangan . lebih dulu tahu dan melaporkan pada kami. Faktanya, mereka diam. Kami hanya menerima laporan dari warga,” paparnya.
Ditambahkannya ,“Kami sudah meminta pertanggungjawaban mereka, tapi tidak pernah digubris,” lanjutnya.Selain merugi ratusan juta. Pembangunan tol air di kawasan Pagarsih berimbas terhadap kurangnya pasokan air untuk pelanggan PDAM Tirtawening (warga).“Aliran air terhambat, dari debet air semakin kecil, bahkan sama sekali tidak mengalir,” ungkapnya.
Dampak kerusakan Berimbas pada pasokan air ke pelanggan
Sementara itu menurut seorang warga Kecamatan Astanaanyar Kelurahan Cibadak, Neneng Tiarni (29) mengatakan, ?sejak dilakukan pembangunan tol air di kawasan Pagarsih, pasokan air di rumahnya terus berkurang.
Lebih lanjut dikatakannya,sudah empat bulan air kadang ngocor tengah malam kadang tidak. Andaipun ngocor kadang kotor,” keluh Tiarni.
Menurut Tiarni, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya terpaksa membeli air bersih satu roda berisi 10 jerigen seharga Rp 20 ribu.
“Untuk keperluan mencuci, mandi dan masak butuh dua roda karena di rumah ada empat kepala. Jika dihitung dalam sebulan saya harus mengeluarkan Rp 1,2 juta hanya untuk air,” paparnya.
Tirani meminta kepada PDAM Tirtawening untuk segera menindaklanjuti masalah ini. Sebab, kata Tirani, pihaknya tidak akan sanggup jika maslah ini terus berlanjut tanpa ada kepastian solusi.
“Jangan mentang-mentang sudah kordinasi dengan dinas terkait, lantas PDAM tidak ada aksi lanjutan. Semua harus tanggung jawab, kami kan pelanggan,” pungkasnya.(Red)
Demikian hal tersebut di katakan Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtawening, Kota Bandung, Sonny Salimi kepada wartawan di Bandung , Selasa (9/1).
Menurut Sonny, pihaknya dirugikan karena harus berkali-kali melakukan perbaikan. Sekali perbaikan bisa menelan biaya Rp 50 sampai Rp 100 juta,jelasnya seraya mengatakan harga perbaikan tergantung kerusakan seberapa parah. Rata-rata ya’ segitu,” terangnya.
Terpotongnya pipa saluran air di kawasan Pagarsih merupakan kasus terbanyak dibandingkan lokasi pembangunan lain.Sonny mengungkapkan, sudah melakukan koordinasi dengan dengan Dinas Pengerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, maupun dengan pihak kontraktor. Namun, menurut Sonny tidak ada penanganan serius dari kedua pihak terebut.
“Jika ada pipa kami yang rusak karena kegiatan mereka, seharunya mereka sebagai orang lapangan . lebih dulu tahu dan melaporkan pada kami. Faktanya, mereka diam. Kami hanya menerima laporan dari warga,” paparnya.
Ditambahkannya ,“Kami sudah meminta pertanggungjawaban mereka, tapi tidak pernah digubris,” lanjutnya.Selain merugi ratusan juta. Pembangunan tol air di kawasan Pagarsih berimbas terhadap kurangnya pasokan air untuk pelanggan PDAM Tirtawening (warga).“Aliran air terhambat, dari debet air semakin kecil, bahkan sama sekali tidak mengalir,” ungkapnya.
Dampak kerusakan Berimbas pada pasokan air ke pelanggan
Sementara itu menurut seorang warga Kecamatan Astanaanyar Kelurahan Cibadak, Neneng Tiarni (29) mengatakan, ?sejak dilakukan pembangunan tol air di kawasan Pagarsih, pasokan air di rumahnya terus berkurang.
Lebih lanjut dikatakannya,sudah empat bulan air kadang ngocor tengah malam kadang tidak. Andaipun ngocor kadang kotor,” keluh Tiarni.
Menurut Tiarni, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya terpaksa membeli air bersih satu roda berisi 10 jerigen seharga Rp 20 ribu.
“Untuk keperluan mencuci, mandi dan masak butuh dua roda karena di rumah ada empat kepala. Jika dihitung dalam sebulan saya harus mengeluarkan Rp 1,2 juta hanya untuk air,” paparnya.
Tirani meminta kepada PDAM Tirtawening untuk segera menindaklanjuti masalah ini. Sebab, kata Tirani, pihaknya tidak akan sanggup jika maslah ini terus berlanjut tanpa ada kepastian solusi.
“Jangan mentang-mentang sudah kordinasi dengan dinas terkait, lantas PDAM tidak ada aksi lanjutan. Semua harus tanggung jawab, kami kan pelanggan,” pungkasnya.(Red)