BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Ketua Komisi I DPR Jawa Barat, H.Syahrir mengapresiasi rekonsiliasi budaya Sunda-Jawa terus dilakukan tiga provinsi. Salah satunya dengan cara mengubah nama jalan di ibu kota provinsi. Di Kota Bandung, ada tiga ruas jalan provinsi resmi diberi nama Jalan Majapahit, Jalan Prabu Hayam Wuruk dan Jalan Citaresmi.
Dijelaskan Syahrir peresmian tiga ruas jalan tersebut --Jalan Majapahit, Jalan Prabu Hayam Wuruk dan Jalan Citaresmi sebagai wujud penghormatan pada tokoh sejarah Indonesia.
“Majapahit dan Hayam Wuruk merupakan kerajaan bersejarah bangsa kita mempersatukan Kebhinekaan dan NKRI,” katanya.
Sedangkan Citra Rashmi jelas Syahrir, tercatat dalam sejarah sebagai Dyah Pitaloka, putri Sang Prabu Linggabuana dari Tatar Sunda yang akan dipersunting oleh Hayam Wuruk.
“Citra Rashmi, putri dari Tlatah Pasundan, buah hati dari sang Prabu Linggabuana yang lebih dikenal dengan nama Dyah Pitaloka," ujar Syahrir didampingi Anggota Komisi II DPRD Jabar Yunandar Eka Perwira di sela-sela acara Harmoni Budaya Jawa-Sunda di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (11/5).
Sementara, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan pemilihan nama dan lokasi jalan tersebut hasil musyawarah dari pemerintah, budayawan dan akademisi. Termasuk juga mempertimbangkan persetujuan dari masyarakat.
"Saya kira pemilihan tersebut musyawarah kita ya ada tentu letak strategisnya, sisi mungkinnya, tentu saja ketika mengganti jalan kemudian diprotes masyarakat kan tidak nyaman. Ini ada musyawarah antara pemprov, budayawan dan akademisi," kata Aher.
Lebih lanjut dia menjelaskan kajian mendalam juga sudah dilakukan berbagai pihak terkait tiga nama jalan baru tersebut. Mulai dari gagasan, kajian dengan para budayawan dan akademisi dari tiga provinsi tersebut.
"Kajian cukup lama. Kan ini semenjak Yogyakarta sudah terus ada kajian sangat mendalam. Kalau di Jatim diskusi. Gagasan sudah di Yogyakarta, diskusi ilmiah para pakar di Surabaya dan jabar tinggal eksekusi di Jabar," tutur Aher.
Sementara, Gubernur Jatim Soekarwo mengapresiasi penamaan Jalan Majapahit, Jalan Prabu Hayam Wuruk, dan Citraresmi di Jabar khususnya di Kota Bandung. Ini sebagai langkah positif dari kelanjutan rekonsiliasi budaya Jawa - Sunda.
Ini sangat bagus. Sebenarnya di mana saja itu jalan, itu simbolik karena jalan itu setiap hari dilihat orang, tempat transportasi barang dan jasa, tempat berkumpulnya orang. Tapi jalan juga ada cerita tentang sejarah," kata Soekarwo.
Menurutnya harmonisasi budaya ini sangat penting untuk menyelesaikan konflik Jawa - Sunda pada masa lampau. Ia berharap sekat budaya yang terjadi antara Jawa-Sunda bisa mencair di tengah-tengah masyarakat.
"Budaya itu sebagai solusi terhadap berbagai konflik. Jadi semua dengan pendekatan budaya itu tidak ada luka kemudian, tidak ada salah benar," ungkap Pakde Karwo.
di dampingi
Peresmian tiga nama jalan itu dilakukan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Gubernur Jatim Soekarwo dan Wagub DI Yogyakarta Paku Alam X di sela-sela kegiatan Harmoni Budaya Jawa-Sunda di halaman Gedung Sate.
Peresmian tiga nama jalan ditandai dengan menekan tombol sirene, lalu tiga pimpinan provinsi itu berjalan kaki menuju Jalan Gasibu yang diubah menjadi Jalan Majapahit. Ketiga pejabat itu berjalan 100 meter dari panggung utama menuju Jalan Majapahit.
Sewaktu sampai di Jalan Majapahit, ketiga pimpinan daerah itu berfoto bersama sambil bergandengan tangan menggambarkan terwujudnya rekonsiliasi budaya Jawa - Sunda. Senyum sumringah begitu terlihat dari wajah ketiganya.
Sebelumnya, Yogyakarta lebih dulu memberi nama Jalan Pajajaran dan Jalan Prabu Siliwangi di ruas jalan jantung Kota Yogyakarta. Lalu disusul Jatim dengan menamakan Jalan Prabu Siliwangi dan Jalan Sunda di Kota Surabaya.(Ari/Red)
Dijelaskan Syahrir peresmian tiga ruas jalan tersebut --Jalan Majapahit, Jalan Prabu Hayam Wuruk dan Jalan Citaresmi sebagai wujud penghormatan pada tokoh sejarah Indonesia.
“Majapahit dan Hayam Wuruk merupakan kerajaan bersejarah bangsa kita mempersatukan Kebhinekaan dan NKRI,” katanya.
Sedangkan Citra Rashmi jelas Syahrir, tercatat dalam sejarah sebagai Dyah Pitaloka, putri Sang Prabu Linggabuana dari Tatar Sunda yang akan dipersunting oleh Hayam Wuruk.
“Citra Rashmi, putri dari Tlatah Pasundan, buah hati dari sang Prabu Linggabuana yang lebih dikenal dengan nama Dyah Pitaloka," ujar Syahrir didampingi Anggota Komisi II DPRD Jabar Yunandar Eka Perwira di sela-sela acara Harmoni Budaya Jawa-Sunda di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (11/5).
Sementara, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan pemilihan nama dan lokasi jalan tersebut hasil musyawarah dari pemerintah, budayawan dan akademisi. Termasuk juga mempertimbangkan persetujuan dari masyarakat.
"Saya kira pemilihan tersebut musyawarah kita ya ada tentu letak strategisnya, sisi mungkinnya, tentu saja ketika mengganti jalan kemudian diprotes masyarakat kan tidak nyaman. Ini ada musyawarah antara pemprov, budayawan dan akademisi," kata Aher.
Lebih lanjut dia menjelaskan kajian mendalam juga sudah dilakukan berbagai pihak terkait tiga nama jalan baru tersebut. Mulai dari gagasan, kajian dengan para budayawan dan akademisi dari tiga provinsi tersebut.
"Kajian cukup lama. Kan ini semenjak Yogyakarta sudah terus ada kajian sangat mendalam. Kalau di Jatim diskusi. Gagasan sudah di Yogyakarta, diskusi ilmiah para pakar di Surabaya dan jabar tinggal eksekusi di Jabar," tutur Aher.
Sementara, Gubernur Jatim Soekarwo mengapresiasi penamaan Jalan Majapahit, Jalan Prabu Hayam Wuruk, dan Citraresmi di Jabar khususnya di Kota Bandung. Ini sebagai langkah positif dari kelanjutan rekonsiliasi budaya Jawa - Sunda.
Ini sangat bagus. Sebenarnya di mana saja itu jalan, itu simbolik karena jalan itu setiap hari dilihat orang, tempat transportasi barang dan jasa, tempat berkumpulnya orang. Tapi jalan juga ada cerita tentang sejarah," kata Soekarwo.
Menurutnya harmonisasi budaya ini sangat penting untuk menyelesaikan konflik Jawa - Sunda pada masa lampau. Ia berharap sekat budaya yang terjadi antara Jawa-Sunda bisa mencair di tengah-tengah masyarakat.
"Budaya itu sebagai solusi terhadap berbagai konflik. Jadi semua dengan pendekatan budaya itu tidak ada luka kemudian, tidak ada salah benar," ungkap Pakde Karwo.
di dampingi
Peresmian tiga nama jalan itu dilakukan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Gubernur Jatim Soekarwo dan Wagub DI Yogyakarta Paku Alam X di sela-sela kegiatan Harmoni Budaya Jawa-Sunda di halaman Gedung Sate.
Peresmian tiga nama jalan ditandai dengan menekan tombol sirene, lalu tiga pimpinan provinsi itu berjalan kaki menuju Jalan Gasibu yang diubah menjadi Jalan Majapahit. Ketiga pejabat itu berjalan 100 meter dari panggung utama menuju Jalan Majapahit.
Sewaktu sampai di Jalan Majapahit, ketiga pimpinan daerah itu berfoto bersama sambil bergandengan tangan menggambarkan terwujudnya rekonsiliasi budaya Jawa - Sunda. Senyum sumringah begitu terlihat dari wajah ketiganya.
Sebelumnya, Yogyakarta lebih dulu memberi nama Jalan Pajajaran dan Jalan Prabu Siliwangi di ruas jalan jantung Kota Yogyakarta. Lalu disusul Jatim dengan menamakan Jalan Prabu Siliwangi dan Jalan Sunda di Kota Surabaya.(Ari/Red)