Notification

×

Iklan

Iklan

bank bjb Nobar Film "22 Menit" yang Bicara Kasus Terorisme

Senin, 23 Juli 2018 | 13:32 WIB Last Updated 2018-07-23T06:32:51Z
BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-bank bjb dan Polda Jawa Barat bekerjasama menggelar acara nonton bareng film "22 Menit" di CGV Paskal 23 Mall, Kota Bandung pada Kamis (19/7/18). Cerita film garapan sutradara Eugene Panji dan Myrna Paramita tersebut diambil dari kisah nyata tentang kasus terorisme yang terjadi di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 lalu.

Isu terorisme yang diangkat dalam film berdurasi 80 menit tersebut dikemas dengan jalan cerita humanis serta memperlihatkan sejumlah adegan mencekam berupa aksi baku tembak antara pelaku teroris dan pihak kepolisian.

Acara nobar tersebut merupakan bukti dukungan dan apresiasi bank bjb terhadap kinerja Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam memberantas aksi terorisme serta sikap radikalisme di Indonesia. Selain itu, bank bjb juga berupaya membangun kesadaran masyarakat dan bersama penegak hukum memberantas segala bentuk terorisme.

Dukungan yang diberikan bank bjb tidak hanya ditujukan kepada Polri, tapi juga industri film Tanah Air. bank bjb memang dikenal aktif mendukung perfilman nasional sejak beberapa tahun terakhir. Acara nobar film karya anak bangsa juga kerap digelar melalu program bjb WideSCREEN.

"Kami sudah lama mendukung industri film Tanah Air melalui salah satu program bank bjb yang rutin dilakukan yakni bjb WideSCREEN," ujar Direktur Utama bank bjb, Ahmad Irfan, beberapa waktu lalu di Bandung.

Seperti diketahui sebelumnya, bank bjb giat melakukan dukungan, baik materi maupun moril terhadap dua film berjudul "Seteru" dan "Guru Ngaji" yang masing-masing dirilis pada tahun 2017 dan 2018. Dukungan tersebut merupakan bukti komitmen bank bjb terhadap perkembangan film nasional.

Walau kedua film memiliki jalan cerita dan objek yang berbeda, tapi baik "Seteru" maupun "Guru Ngaji" membawa satu pesan moral, yakni perdamaian. Pesan perdamaian dalam film merupakan bentuk kritik halus terhadap keadaan terkini bangsa Indonesia.

"bank bjb sangat peduli terhadap kondisi negeri agar tetap bersatu dalam menghadapi segala tantangan yang semakin berat. Kami pilih film yang bisa mengedukasi generasi muda untuk tetap menjaga kedamaian dan cinta tanah air," ujar Senior Vice President Divisi Corporate Secretary bank bjb, Hakim Putratama, beberapa waktu lalu.

Sinopsis dan Pemeran Film "22 Menit"

Suasana Jakarta di pagi hari selalu sama, mulai dari kemacetan lalu lintas, suara klakson kendaraan hingga kesibukan di tepi jalan. Namun, suasana yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 berbeda dari kebanyakan hari lainnya. Tangisan dan teriakan mengudara. Penyebabnya, terjadi ledakan bom di bilangan Thamrin ketika itu.

Gambaran mencekam tersebut coba direkam ulang lewat balutan sinematografi dalam film "22 Menit". Melibatkan sejumlah aktor dan aktris papan atas Indonesia seperti Ario Bayu, Mathias Muchus, Hana Malasan, Ence Bagus, Ajeng Kartika, Taskya Namya, Fanny Fadillah dan Ardina Rasti.

Ario Bayu yang memerankan karakter Ardi didapuk sebagai tokoh utama. Ardi merupakan seorang anggota pasukan anti terorisme kepolisian yang rela mempertaruhkan nyawa untuk mengamankan ibu kota. Bahkan sebelum memulai proses syuting, Ario Bayu mendapat pelatihan khusus dari kepolisian selama kurang lebih satu bulan.

Cerita dimulai ketika Anas (Ence Bagus) yang bekerja sebagai pegawai di bilangan Thamrin tengah membeli pesanan teman kantornya. Di sisi lain, Firman (Ade Firman) tengah bertugas mengatur lalu lintas di tempat yang sama. Lalu, ledakan terjadi seketika yang membuat Ardi dan pasukan anti terorisme bersiap melumpuhkan pelaku teror.

Diceritakan bahwa proses baku tembak antara polisi dan pelaku terorisme berlangsung selama 22 menit. Tidak hanya tentang aksi tembak menembak, karena "22 Menit" juga mengupas sisi lain para karakter utama yang terlibat akibat ledakan bom. Sisi humanis setiap karakter dikupas apik melalui drama yang menyentuh.

"Kami menggunakan CGI untuk banyak adegan aksi. Contohnya adegan baku tembak antara polisi dan teroris. Lalu, karena ledakan kedai kopi dan pos polisinya benar maka kami juga harus pakai green screen untuk menggambarkan situasi Thamrin saat itu," ujar Myrna. ***

×
Berita Terbaru Update