Notification

×

Iklan

Iklan

Komisi II Akan Mengusulkan Perda Inisiatif Kedaruratan Pakan Maupun Bibit Ayam

Selasa, 09 April 2019 | 13:30 WIB Last Updated 2019-04-09T06:40:23Z
CIAMIS,LENTERAJABAR.COM,-DPRD Provinsi Jawa Barat mendorong Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk  mengelola kebutuhan peternakan di Jawa Barat. Potensi peternakan di Jawa Barat sangat besar, sehingga membutuhkan perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.

Didi bersama anggota Komisi II melakukan dialog dengan anggota Paguyuban Peternak Ayam petelur untuk mengetahui kondisi di lapangan.

Demikian disampaikan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat, Didi Sukardi saat bertemu Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis, Kabupaten Ciamis,Senin (8/4/2019). 

Dari dialog tersebut, peternal ayam petelur di Kabupaten Ciamis mengeluhkan produktivitas ayam petelur yang baru mencapai 50 persen hingga 60 persen. Untuk memenuhi kebutuhan telur masyarakat, terpaksa mendatangkan telur dari luar provinsi.

Peternak mengungkapkan, kondisi tersebut sebagai dampak dari keterbatasan pakan untuk ayam petelur. Selama ini ada ketergantungan peternak terhadap jagung impor yang ketersediaannya masih minim. 

Menanggapi keluhan peternak, Didi mengatakan, Komisi II akan mengusulkan pembentukan peraturan daerah (Perda) inisiatif terkait dengan kedaruratan baik pakan maupun bibit ayam (indukan-red) petelur yang belum terpenuhi dengan baik. Perda dianggap perlu untuk mendukung daerah-daerah di Jawa Barat yang berpotensi menjadi penghasil peternakan, diantaranya Kabupaten Ciamis.

“Kita dari komisi II akan segera menindaklanjuti masalah ini dengan mengumpulkan tiga elemen, yaitu Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, dan Himpunan Peternak Unggas supaya semua keluar unek-uneknya, nanti hasilnya kita bisa rekomendasikan kepada pemprov,” ujar Didi.

Terkait dengan ketersediaan jagung impor sebagai pakai ayam petelur, Didi mengungkapkan, Jawa Barat khususnya Kabupaten Ciamis, terkenal sebagai salah satu sentra penghasil jagung. Karenanya kondisi ini sangat ironi, sehingga harus dicarikan jalan keluar supaya masalah ini teratasi.

“Kedepannya jangan sampai sektor ini lumpuh karena melonjaknya harga jagung yang permanen. Bisa diperkirakan para peternak skala kecil lebih memilih untuk mengosongkan kandangnya dan mencari alternatif usaha lain,” katanya.

Padahal, lanjutnya, populasi peternak kecil yang mencapai 70 persen itu, justru memiliki kontribusi besar pada produksi telur. Dari peran mereka pula Ciamis berperan sebagai pemasok 30 persen kebutuhan telur nasional.

Menurut Didi, apabula masalah tersebut tidak segera teratasi, maka diprediksi akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran.  

“Bila tidak ada instansi atau pihak terkait yang memberikan solusi ataupun kebijakan dengan segera, maaka klimaksnya komoditi telur menjadi langka karena penurunan populasi yang signifikan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis (P2APC), Ade Kusnadi menyebutkan, kenaikan harga telur dipicu melonjaknya harga pakan yang dipengaruhi nilai tukar rupiah. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk membatasi bibit ayam atau DOC.

"Faktor yang memengaruhi tingginya harga telur cukup banyak. Jadi penawaran dengan permintaan tidak seimbang. Akibat ebijakan pengurangan 9,5 persen DOC beberapa waktu lalu. Populasi ayam petelur berkurang,” pungkasnya.(Ari/Red)
×
Berita Terbaru Update