BANDUNG,LENTERAJABAR.COM,-Sumber pemasok air baku untuk kebutuhan PDAM Tirtawening Kota Bandung menyusut,hal ini dikarenakan Kemarau panjang menyebabkan dua sumber menjadi kering dan menyusut. Kondisi tersebut menyebabkan produksi air bersih PDAM berkurang hingga 40 persen.
Dirut PDAM Tirtawening Sonny Salimi mengatakan, "Kondisi air baku sampai saat ini masih sangat kekurangan. Terutama pasokan berasal dari Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca daerah selatan Kota Bandung," jelasnya kepada media .
Sonny mengungkapkan, saat ini kondisi Situ Cipanunjang sudah kering. Dari awalnya ketinggian air mencapai 21 meter saat ini sudah kering. Sementara ketinggian air di Situ Cileunca tinggi airnya hanya tersisa tidak lebih dari 1 meter.
"Kondisi ini menyebabkan kapasitas produksi kita turun hingga sekitar 40 persen untuk IPA (Instalasi Pengolahan Air) Badaksinga. Normalnya 1.800 liter per detik, sekarang rata-rata sekitar 1.000 liter per detik," katanya.
Selain IPA Badaksinga, kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di IPA Dagi Pakar yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Cikapundung. Dari produksi normal sebanyak 600 liter per detik kini tinggal 530 per detik.
"IPA Cibeureum dari 100 menjadi 70 liter per detik. Dan IPA Cipanjalu dari 20 liter per detik menjadi 10 liter per detik," terangnya.
Sonny menyatakan, kondisi ini juga berdampak terhadap distribusi air bersih ke masyarakat. Bahkan di beberapa titik air bersih sulit untuk didistribusikan khususnya di kawasan Bandung timur, selatan dan barat.
"Proses distribusi air masih seperti biasa. Namun debit airnya yang terbatas. Sehingga pelanggan mendapatkan air lebih sedikit atau malah tidak kebagian terutama untuk pelanggan yang jaraknya jauh dari IPA," jelas Sonny.(Rie/Red)
Dirut PDAM Tirtawening Sonny Salimi mengatakan, "Kondisi air baku sampai saat ini masih sangat kekurangan. Terutama pasokan berasal dari Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca daerah selatan Kota Bandung," jelasnya kepada media .
Sonny mengungkapkan, saat ini kondisi Situ Cipanunjang sudah kering. Dari awalnya ketinggian air mencapai 21 meter saat ini sudah kering. Sementara ketinggian air di Situ Cileunca tinggi airnya hanya tersisa tidak lebih dari 1 meter.
"Kondisi ini menyebabkan kapasitas produksi kita turun hingga sekitar 40 persen untuk IPA (Instalasi Pengolahan Air) Badaksinga. Normalnya 1.800 liter per detik, sekarang rata-rata sekitar 1.000 liter per detik," katanya.
Selain IPA Badaksinga, kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di IPA Dagi Pakar yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Cikapundung. Dari produksi normal sebanyak 600 liter per detik kini tinggal 530 per detik.
"IPA Cibeureum dari 100 menjadi 70 liter per detik. Dan IPA Cipanjalu dari 20 liter per detik menjadi 10 liter per detik," terangnya.
Sonny menyatakan, kondisi ini juga berdampak terhadap distribusi air bersih ke masyarakat. Bahkan di beberapa titik air bersih sulit untuk didistribusikan khususnya di kawasan Bandung timur, selatan dan barat.
"Proses distribusi air masih seperti biasa. Namun debit airnya yang terbatas. Sehingga pelanggan mendapatkan air lebih sedikit atau malah tidak kebagian terutama untuk pelanggan yang jaraknya jauh dari IPA," jelas Sonny.(Rie/Red)