BANDUNG,LENTERAJABAR.COM,- Pendidikan merupakan hal terpenting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum menegaskan, tercapainya tujuan pendidikan tersebut bisa tercermin dengan meningkatnya iman dan takwa siswa. Sehingga, pendidikan di sekolah tidak hanya fokus pada pendidikan tekstual, tapi juga kontekstual atau pendidikan karakter.
"Pendidikan kontekstual itu lebih nerap dibandingkan pendidikan tekstual karena merupakan suri teladan. Rasulullah sukses menyebarkan agama Islam karena penguasaan tekstual dan kontekstualnya seimbang," ujarnya, dalam deklarasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) yang dirangkaikan dengan deklarasi Sekolah Berintegritas dan Sekolah Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (SeBaTIK) yang digagas Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bandung, Jln. Ir. H. Juanda No. 93, Kota Bandung, Selasa (5/11/2019).
Hal tersebut, lanjutnya, selaras dengan visi Pemprov Jabar, yakni "Jabar Juara Lahir Batin". Sehingga, sekolah pun harus mengisi kegiatan-kegiatan di sekolah dengan kegiatan keagamaan untuk mengajarkan pendidikan karakter, khususnya karakter religius.
"Pintar itu perlu, tapi memiliki akhlakul karimah dan budi pekerti luhur juga sangat membanggakan," ucapnya.
Uu pun mengapresiasi deklarasi yang dilakukan SMAN 1 Bandung. Khusus untuk SRA, Uu mengatakan, satuan pendidikan harus menciptakan lingkungan yang ramah anak, tak ada eksploitasi, kekerasan maupun diskriminasi serta menjunjung tinggi perbedaan dan tenggang rasa.
Ditempat yang sama Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Sekolah Menengah Atas (PSMA) Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat (Jabar), Yesa Sarwedi menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak. Karena, hal tersebut sangat berpengaruh guna menunjang proses pembelajaran di sekolah.
"Dengan adanya program Sekolah Ramah Anak (SRA), diharapkan sekolah lepas dari ketidaknyamanan, kekerasan, vandalisme atau hal negatif lainnya," ujar Yesa.
Lebih lanjut Yesa mengatakan, upaya menciptakan SRA bisa dimulai dari hal sederhana. Salah satunya, mampu menerima perbedaan satu sama lain,tuturnya seraya menambahkan harus saling toleransi, menghargai, dan menerima perbedaan antarsesama. Guru juga harus mendukung dalam menciptakan lingkungan tersebut,ujarnya.
Jika telah tercipta lingkungan sekolah ramah anak, Yesa menilai, kegiatan belajar mengajar pun akan berjalan optimal. Lebih jauh, Yesa pun menekankan pentingnya mengadopsi teknologi dalam pembelajaran,namun, harus diperhatikan karena pengaruhnya bisa positif ataupun negatif. Di sinilah peran sekolah dibutuhkan,jelasnya .
Yessa pun mengapresiasi deklarasi sekolah berintegritas yang digagas SMAN 1 Bandung. Menurutnya, hal tersebut dapat mengajarkan siswa agar memiliki integritas sedini mungkin, dengan menolak korupsi dan berani jujur."Ini juga termasuk pendidikan karakter," pungkasnya.(Ari/Rel)