PURWAKARTA.LENTERAJABAR.COM,- Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat melalui Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jabar rutin menggelar workshop antiradikalisme ke berbagai daerah.
Workshop tersebut bertujuan mencegah masuknya radikalisme ke SMA/SMK/SLB di Jabar. Pada Kamis (12/12/19), Cabang Disdik Provinsi Jabar Wilayah IV (Kab. Purwakarta, Subang, dan Karawang) melangsungkan workshop antiradikalisme di Bale Sawala Yudistira, Kompleks Pemda Kab. Purwakarta.
Dalam arahannya, Uu mengatakan bahwa pendidikan menjadi indikator utama pembangunan. Dia juga menyatakan, generasi muda, khususnya pelajar Jabar, harus mempelajari ilmu duniawi dan ukhrawi secara bersamaan.
“Ilmu akhirat atau ukhrawi bersifat fardhu‘ain, artinya setiap orang yang beriman atau muslim wajib tahu apa peran ilmu ibadah,” kata Uu.
“Belajar ilmu dunia untuk kemaslahatan umat, jangan untuk kemudaratan umat. Belajar ilmu agama tiada lain untuk mendapatkan rida Allah SWT. Oleh karena itu, jangan ada pemikiran ‘saya belajar ilmu ukhrawi, saya yang paling benar, yang lain salah’.
Ini yang menyebabkan seseorang memahami agama yang sepotong-sepotong, sehingga memiliki pemahaman yang akhirnya merasa diri benar yang lain salah.”
“Untuk itu, belajar ilmu agama jangan sepotong-sepotong tapi harus tuntas sampai tamat, sehingga tidak terjadi pemahaman yang salah,” tambahnya.
Menurut Uu, Pancasila lahir sebagai dasar negara berdasarkan hasil kesepakatan. “Kesepakatan siapa? Umat beragama. Karena Pancasila lahir sebagai dasar negara hasil kesepakatan, jangan diganggu gugat lagi,” ucapnya.
“Ini semua hadiah terbaik para orang tua kita untuk kita, hadiah terbaik untuk mempersatukan anak bangsa. Maka jangan diganggu gugat lagi. Lebih baik mari kita bicarakan tentang kebangkitan pendidikan, atau lainnya,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Uu mengajak semua elemen bangsa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jika hal itu tidak dilakukan, kata dia, ketidakpedulian akan tumbuh subur di tengah masyarakat.
“Dan kegiatan (workshop antiradikalisme) kali ini sebagai salah satu daya upaya untuk mempersatukan bangsa, khususnya masyarakat Jawa Barat dari hal-hal yang tidak diharapkan,” katanya Uu.
“Mari kita tingkatkan rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia, kita tingkatkan rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan, radikalisme merupakan akar munculnya tindakan terorisme. Hal itu dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Lebih lanjut, Anne mengatakan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam pencegahan radikalisme. Menurut dia, ada beberapa dimensi pembelajaran yang harus menjadi benteng pertahanan masuknya paham radikalisme ke lingkungan sekolah.
Pertama, dimensi kelas dengan berbagai pendekatan dan model pembelajaran dengan mengintegrasikan pemahaman antiradikalisme, serta dampak dan bahayanya.
“Kedua, dimensi lingkungan sekolah juga bagian tak terpisahkan dalam membangun gerakan antiradikalisme. Sekolah harus membuat model sebagai upaya pencegahan radikalisme,” katanya.
Hal tersebut, kata Anne, bisa dilakukan melalui pembiasaan tindakan yang mengandung nilai-nilai toleransi dan kebersamaan di lingkungan sekolah. Sedangkan, dimensi ketiga adalah keluarga dan masyarakat yang harus selalu berdampingan dalam mencegah berkembangnya radikalisme di tengah masyarakat.
Workshop kali ini dihadiri oleh 500 peserta yang terdiri dari kepala sekolah SMA/SMK/SLB negeri dan swasta, para pengwas sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, perwakilan siswa, serta perwakilan forum dan pengurus Osis.
Sebelum ke Purwakarta, Uu pun menghadiri workshop antiradikalisme untuk lingkup Cabang Disdik Provinsi Jabar Wilayah II (Kota Bogor dan Kota Depok) di SMA Negeri 7 Bogor, Kota Bogor.
Workshop itu dihadiri Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, dan ratusan peserta yang terdiri dari siswa, kepala sekolah SMA/SMK/SLB, pengawas sekolah, serta para pemangku pendidikan se-Kota Bogor dan Kota Depok.(Rel/Red)