Caption: Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil membuka Seminar UMKM 'Dari Hati ke Hati bersama Anne Avantie' di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (27/1/2020). |
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Atalia Ridwan Kamil membuka Seminar UMKM 'Dari Hati ke Hati bersama Anne Avantie' di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (27/1/20).
Dalam sambutannya, Atalia mengapresiasi kehadiran sosok wanita inspiratif Indonesia Anne Avantie yang dinilai mampu mendorong semangat para pelaku usaha di Jabar.
Sesuai tajuk seminar yakni 'Masalah Datang Sepaket dengan Jalan Keluar', Atalia pun menyoroti kendala yang kerap dihadapi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun UKM.
"Membuat UKM mampu bertahan itu tidak mudah. Tantangan banyak, khususnya terkait persaingan. Di Jabar, kami (Pemerintah Daerah Provinsi Jabar) punya banyak program untuk modal, salah satunya Kredit Mesra, pinjaman tanpa bunga tanpa agunan," ucap Atalia.
"Masalah lain (adalah) SDM. Promosi juga penting, bagaimana agar produk dibeli. Selain itu perizinan dan hal lainnya," tambah sosok yang kerap disapa Bu Cinta ini.
Terkait berbagai kendala itu, Atalia berujar bahwa Gubernur Jabar Ridwan Kamil sudah mengarahkan empat prinsip atau strategi bagi Dekranasda Jabar untuk akselerasi.
Pertama, tiru Atalia, adalah menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, perlu observasi agar produk disukai.
"ATM juga penting, Amati Tiru Modifikasi. Lalu (ketiga), produk juga harus diketahui, artinya promosi harus kuat di era digitalisasi. Dan (keempat), mudah dibeli dan didapatkan," ujar Atalia.
"Semua itu perlu diperkuat, (potensi) Jabar luar biasa dengan 50 juta jiwa atau 20 persen (populasi) Indonesia," tegasnya.
Tak lupa, Atalia pun memuji dedikasi Anne Avantie yang menurutnya tak kenal lelah dalam memberikan motivasi, mencurahkan pikiran, hati, waktu, dan cintanya, serta membagikan inspirasi bagi Tanah Air.
"Terima kasih Bunda Anne Avantie. From zero to hero, saat ini (beliau) bukan lagi memikirkan diri sendiri, tapi selama bertahun-tahun menyentuh mereka yang membutuhkan," kata Atalia.
Anne Avantie sementara itu berujar, masalah adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh pelaku usaha. "Bikin makanan, laku sedikit tapi sisa, dan akhirnya di makan sendiri atau dibagikan ke tetangga. Bikin baju bagus, tidak laku. Lalu bagaimana caranya membayar anak buah? Kain? Bon? Pengeluaran lain?" tuturnya.
"Ini semua menjadi sebuah keresahan. (Tapi) seperti tertulis (di seminar), masalah datang sepaket dengan jalan keluar. Seperti kaki kita yang melangkah, kiri-kanan, kiri-kanan. Artinya tidak ada masalah yang jalan sendiri tanpa jalan keluar. Tidak ada orang yang diberkati saja tanpa diuji, begitu sebaliknya," imbuh Anne Avantie.
Selain memotivasi sekira 500 peserta mayoritas ibu-ibu yang hadir itu, Bunda Anne pun berpesan agar mereka jangan pernah menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.
Alih-alih, Bunda Anne meminta ibu-ibu untuk bertanya kepada diri sendiri terkait habit (kebiasaan) buruk yang bisa mempengaruhi setiap tindakan sehari-hari. "(Contohnya) semua orang ingin hp baru, tapi apakah mendesak? Ini menjadi pilihan. Ada orang yang membeli bukan karena kebutuhan. Apa artinya hp baru ketika hp itu untuk semata-mata dibanggakan," telusurnya.
Sosok Ernst and Young Entrepreneurial Winning Women Class of 2011 serta Heroes of Philanthropy 2013 ini pun berpesan kepada para peserta agar menebar kasih kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang agama. Di akhir sesi, Anne Avantie menjawab sejumlah pertanyaan dari para peserta.
Salah satu peserta, Yeni Ariyani (40) asal Kota Bandung, mengaku senang bisa mengikuti seminar tersebut. Sebagai pelaku industri kreatif, pemilik produk crochet dengan nama 'Yearn' ini berujar ingin mencari mood booster alias pendongkrak semangat.
"Jadi kalau bikin desain baru harus cari inspirasi. Bunda Anne jelas kapasitasnya, kebetulan tagline (seminar) cocok dengan yang saya alami. Kita kadang ide mentok atau keduluin (orang lain), itu bikin mood drop. Jadi semoga (seminar) ini jadi tambahan ilmu," ucap Yeni.
Selain itu, Yeni mengatakan tantangan yang dihadapi pelaku UKM termasuk dirinya adalah pemasaran dan bagaimana menciptakan tren. Saat ini, produk Yearn sendiri fokus dipasarkan di Kota Bandung dan Jakarta.
"Target pasar saya 25 tahun ke atas, harga mulai 300 ribu. Produk berupa tas, pakaian, syal, semua handmade. Harapannya tentu produk (Yearn) bisa masuk kota besar lainnya (di Indonesia) bahkan pasar internasional," tutup Yeni.
Seminar UMKM 'Dari Hati ke Hati bersama Anne Avantie' dengan tema 'Masalah Datang Sepaket dengan Jalan Keluar' sendiri diikuti UKM dari 27 kabupaten/kota se-Jabar serta pengurus Dekranasda antara lain Kota Bandung, Kab. Indramayu, Bogor, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya, hingga komunitas Tailor Indonesia dan Peace & Love Charity Bandung.
Dalam sambutannya, Atalia mengapresiasi kehadiran sosok wanita inspiratif Indonesia Anne Avantie yang dinilai mampu mendorong semangat para pelaku usaha di Jabar.
Sesuai tajuk seminar yakni 'Masalah Datang Sepaket dengan Jalan Keluar', Atalia pun menyoroti kendala yang kerap dihadapi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun UKM.
"Membuat UKM mampu bertahan itu tidak mudah. Tantangan banyak, khususnya terkait persaingan. Di Jabar, kami (Pemerintah Daerah Provinsi Jabar) punya banyak program untuk modal, salah satunya Kredit Mesra, pinjaman tanpa bunga tanpa agunan," ucap Atalia.
"Masalah lain (adalah) SDM. Promosi juga penting, bagaimana agar produk dibeli. Selain itu perizinan dan hal lainnya," tambah sosok yang kerap disapa Bu Cinta ini.
Terkait berbagai kendala itu, Atalia berujar bahwa Gubernur Jabar Ridwan Kamil sudah mengarahkan empat prinsip atau strategi bagi Dekranasda Jabar untuk akselerasi.
Pertama, tiru Atalia, adalah menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, perlu observasi agar produk disukai.
"ATM juga penting, Amati Tiru Modifikasi. Lalu (ketiga), produk juga harus diketahui, artinya promosi harus kuat di era digitalisasi. Dan (keempat), mudah dibeli dan didapatkan," ujar Atalia.
"Semua itu perlu diperkuat, (potensi) Jabar luar biasa dengan 50 juta jiwa atau 20 persen (populasi) Indonesia," tegasnya.
Tak lupa, Atalia pun memuji dedikasi Anne Avantie yang menurutnya tak kenal lelah dalam memberikan motivasi, mencurahkan pikiran, hati, waktu, dan cintanya, serta membagikan inspirasi bagi Tanah Air.
"Terima kasih Bunda Anne Avantie. From zero to hero, saat ini (beliau) bukan lagi memikirkan diri sendiri, tapi selama bertahun-tahun menyentuh mereka yang membutuhkan," kata Atalia.
Anne Avantie sementara itu berujar, masalah adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh pelaku usaha. "Bikin makanan, laku sedikit tapi sisa, dan akhirnya di makan sendiri atau dibagikan ke tetangga. Bikin baju bagus, tidak laku. Lalu bagaimana caranya membayar anak buah? Kain? Bon? Pengeluaran lain?" tuturnya.
"Ini semua menjadi sebuah keresahan. (Tapi) seperti tertulis (di seminar), masalah datang sepaket dengan jalan keluar. Seperti kaki kita yang melangkah, kiri-kanan, kiri-kanan. Artinya tidak ada masalah yang jalan sendiri tanpa jalan keluar. Tidak ada orang yang diberkati saja tanpa diuji, begitu sebaliknya," imbuh Anne Avantie.
Selain memotivasi sekira 500 peserta mayoritas ibu-ibu yang hadir itu, Bunda Anne pun berpesan agar mereka jangan pernah menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.
Alih-alih, Bunda Anne meminta ibu-ibu untuk bertanya kepada diri sendiri terkait habit (kebiasaan) buruk yang bisa mempengaruhi setiap tindakan sehari-hari. "(Contohnya) semua orang ingin hp baru, tapi apakah mendesak? Ini menjadi pilihan. Ada orang yang membeli bukan karena kebutuhan. Apa artinya hp baru ketika hp itu untuk semata-mata dibanggakan," telusurnya.
Sosok Ernst and Young Entrepreneurial Winning Women Class of 2011 serta Heroes of Philanthropy 2013 ini pun berpesan kepada para peserta agar menebar kasih kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang agama. Di akhir sesi, Anne Avantie menjawab sejumlah pertanyaan dari para peserta.
Salah satu peserta, Yeni Ariyani (40) asal Kota Bandung, mengaku senang bisa mengikuti seminar tersebut. Sebagai pelaku industri kreatif, pemilik produk crochet dengan nama 'Yearn' ini berujar ingin mencari mood booster alias pendongkrak semangat.
"Jadi kalau bikin desain baru harus cari inspirasi. Bunda Anne jelas kapasitasnya, kebetulan tagline (seminar) cocok dengan yang saya alami. Kita kadang ide mentok atau keduluin (orang lain), itu bikin mood drop. Jadi semoga (seminar) ini jadi tambahan ilmu," ucap Yeni.
Selain itu, Yeni mengatakan tantangan yang dihadapi pelaku UKM termasuk dirinya adalah pemasaran dan bagaimana menciptakan tren. Saat ini, produk Yearn sendiri fokus dipasarkan di Kota Bandung dan Jakarta.
"Target pasar saya 25 tahun ke atas, harga mulai 300 ribu. Produk berupa tas, pakaian, syal, semua handmade. Harapannya tentu produk (Yearn) bisa masuk kota besar lainnya (di Indonesia) bahkan pasar internasional," tutup Yeni.
Seminar UMKM 'Dari Hati ke Hati bersama Anne Avantie' dengan tema 'Masalah Datang Sepaket dengan Jalan Keluar' sendiri diikuti UKM dari 27 kabupaten/kota se-Jabar serta pengurus Dekranasda antara lain Kota Bandung, Kab. Indramayu, Bogor, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya, hingga komunitas Tailor Indonesia dan Peace & Love Charity Bandung.