BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menghadiri acara penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Dr. Ir. Mochammad Basuki Hadimuljono, M.Sc., di Aula Barat Kampus ITB, Kota Bandung, Kamis (16/1/20).
Pemberian gelar kehormatan kepada sosok Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju ini diberikan langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., pada agenda Sidang Terbuka ITB.
“Saya ucapkan selamat atas gelar kehormatan honoris causa untuk Bapak Menteri PUPR (Basuki Hadimuljono),” kata Emil --sapaan akrab Ridwan Kamil.
Menurut Emil, Basuki Hadimuljono merupakan sosok pekerja keras dan cepat dalam mengambil keputusan. Emil berujar, berbagai proyek infrastruktur di Provinsi Jabar pun terbantu berkat peran Basuki.
“Beliau kiprahnya multidimensi, pekerja keras, pengambil keputusan cepat. Dalam teori manajemen hari ini kita butuh orang-orang yang berpikir ilmiah juga mengambil keputusan cepat,” puji Emil.
“Sosok yang luar biasa ini hadir pada sosok Bapak Menteri (Basuki) dan kami di Jawa Barat banyak terbantu, khususnya proyek-proyek infrastruktur seperti yang nanti akan diresmikan Bapak Presiden (Jokowi), kalau tidak ada halangan tanggal 29 (Januari 2020) Terowongan (Nanjung) di Curug Jompong itu bagian dari gagasan Bapak Menteri (Basuki) untuk mengatasi banjir Citarum,” tambahnya.
Adapun ITB memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Basuki Hadimuljono atas jasanya dalam bidang pengembangan, pembangunan, dan pengelolaan infrastruktur, khususnya dalam bidang sumber daya air dan infrastruktur tahan gempa.
Tim Promotor penganugerahan Doktor Kehormatan kepada Basuki Hadimuljono terdiri dari Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc., Ph.D (Ketua), Prof. Dr. Ir. Muhammad Syahril B Kusuma, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja, dan Prof. Ir. Masyhur Irsyam, MSE., Ph.D.
Ketua Tim Promotor Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc., Ph.D., mengatakan, ITB memberikan gelar Doktor Kehormatan sebagai penghargaan dan penghormatan kepada seseorang yang telah terbukti memberikan sumbangan nyata, menonjol, dengan dampak luar biasa dalam memajukan ilmu pengetahuan teknologi (iptek) dan seni bagi perkembangan kebudayaan bangsa dan kemanusiaan.
“Dengan pemberian gelar Doktor Kehormatan ini, ITB berharap dapat mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berprestasi dan memberikan sumbangan bagi pengembangan iptek, seni, atau kemanusiaan,” jelas Indratmo dalam Laporan Pertanggungjawaban Akademik Tim Promotor.
Indratmo mengatakan, Basuki Hadimuljono memiliki peranan sangat penting dalam bidang infrastruktur sumber daya air dan infrastruktur tahan gempa. Bahkan, Basuki telah berhasil menyelesaikan berbagai pembangunan infrastruktur yang sangat kompleks di dalam pelaksanaannya.
“Pembangunan infrastruktur ini selain meningkatkan pemerataan pembangunan dan mengurangi disparitas antarwilayah, juga untuk meningkatkan perekonomian dan penciptaan lapangan kerja serta meningkatkan daya saing bangsa," ucapnya.
Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., sementara itu mengatakan, penganugerahan ini juga dilaksanakan bertepatan dengan 100 Tahun ITB sebagai institusi pendidikan tinggi teknik di Indonesia.
Menurut Kadarsah, Basuki Hadimuljono merupakan seorang abdi negara yang sangat berdedikasi dan pekerja keras di Departemen Pekerjaan Umum dan sebagai seorang birokrat yang sangat andal, tangguh, dan menunjukkan kepeloporannya.
“Saya berharap penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan seperti yang diberikan kepada Bapak Dr. Basuki Hadimuljono ini dapat dijadikan contoh untuk generasi penerus, untuk menjadi pekerja yang profesional, birokrat yang ulet dan berdedikasi tinggi, maupun sebagai organisator yang tangguh, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa,” ujar Kadarsah.
Di Sidang Terbuka Pemberian Gelar Kehormatan ITB ini, Basuki pun menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul 'Mengejar Ketertinggalan Infrastruktur Sumber Daya Air, Meningkatkan Daya Saing Bangsa'.
Dalam orasi ilmiahnya, Basuki mengajak semua orang untuk ikut memahami tentang arti air, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air, serta memaparkan kebijakan-kebijakan dan penerapan kebijakan tersebut yang telah, tengah dirancang, dan akan diterapkan guna meningkatkan daya saing bangsa.
“Indonesia memiliki kekayaan sumber daya air terbesar kelima di dunia,” tegas Basuki.
Berdasarkan data curah hujan, kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), serta pemodelan Rainfall-Runoff, Kementerian PUPR menyatakan bahwa ketersediaan air permukaan rata-rata tahunan Indonesia adalah 2,78 triliun meter kubik per tahun.
Potensi air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT) di Indonesia juga cukup besar. Jumlah CAT terdata sebanyak 421 buah dengan potensi lebih dari 500 miliar meter kubik per tahun dengan luas total 907 ribu km atau 47,2 persen dari luas daratan.
Dari kondisi tersebut, Basuki menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tantangan yang dalam pengelolaan sumber daya air karena secara geografis ketersediaan air per kapita antarpulau di Indonesia sangat bervariasi.
Lebih dari setengah total penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa hanya mendapatkan sedikit air atau sekira 1.700 meter kubik per tahun per kapita atau sekitar 10% terhadap rata-rata ketersediaan air per kapita di Indonesia.
“Melihat angka-angka ketersediaan air tersebut, maka pemerataan pembangunan di luar Jawa yang dapat memicu dan memperbaiki distribusi penyebaran penduduk Indonesia sangat mendesak untuk terus dilakukan,” katanya.
Tantangan lain, lanjut Basuki, adalah memastikan Integrated Water Resources Management (IWRM), Smart Water Management (SWM), dan target-target yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Maka dari itu Kementerian PUPR menerapkan 5 strategi pokok.
Strategi pertama, penyusunan program-program kegiatan yang tersistem (sistemik) dengan baik dan fokus. Tersistem yang dimaksud tidak hanya terkait siklus pembangunan, mulai dari Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation, and Maintenance (SIDLACOM), tapi juga memastikan semua infrastruktur yang dibangun bisa berfungsi dengan baik dan memberikan outcome yang dirancang.
Kedua, pengambilan keputusan yang cepat dan berani mengambil resiko. Ketiga, adalah pelaksanaan yang didukung oleh team work yang solid dan irama kerja rock and roll.
Strategi keempat adalah pengawasan yang detail dan konsisten. Dan strategi kelima adalah memastikan dan menjamin infrastruktur yang dibangun di Indonesia, didesain, dibangun, dioperasikan, dan dipelihara sesuai standar-standar yang berlaku.
“Lima strategi pokok yang telah diuraikan di atas merupakan praktek lapangan yang sejauh ini telah diterapkan Kementerian PUPR dan masih terus perlu kita kembangkan,” ujarnya mengakhiri.(Rel/Rie)