CIANJUR.LENTERAJABAR.COM,- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan tiga pilar pembangunan ekonomi Jabar saat memberikan arahan dalam acara Wisuda Perdana Sarjana Tahun Akademik 2019-2020 Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Nahdlatul Ulama Cianjur di Hotel Palace, Kab. Cianjur, Selasa (15/1/20).
Ketiga pilar tersebut, yakni ekonomi infrastruktur, ekonomi berkelanjutan, dan ekonomi inklusif. Melalui tiga pilar itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar berupaya menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
“Prediksi ekonomi kita akan menjadi juara dunia. Ada tiga yang harus dijaga satu dari tiga itu saya titip kepada wisudawan. Syaratnya kalau kita mau menjadi negara hebat 25 tahun lagi, nomor satu ekonomi harus dijaga lima persen. Lima persen itu sekarang,” kata Emil.
“Maka dukung-lah program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menjaga ekonomi di atas lima persen. Kami sekarang tumbuh 5,6 persen. Jadi, kita bangun infrastruktur dulu yang dasar,” imbuhnya.
Emil –demikian Ridwan Kamil disapa—mengatakan, ekonomi infrastruktur berkaitan sejumlah pembangunan infrastruktur, seperi jalan tol, kereta api cepat Jakarta-Bandung, reaktivasi empat jalur kereta api, dan rencana pembangunan bandara di Sukabumi dan Pangandaran.
“Dan sekarang yang sedang dikembangkan Pemda Provinsi Jawa Barat adalah ekonomi hijau atau berkelanjutan. Kita sedang bikin lima lokasi pengolah sampah plastik menjadi solar skala besar, itu sedang akan dibangun di lima lokasi, waste to energy,” ucapnya.
“Kemudian di dekat perbatasan Cianjur-Sukabumi membangun pembangkit listrik tenaga angin,” tambahnya.
Selain itu, Emil menambahkan bahwa pihaknya sedang mengembangkan ekonomi inklusif, yakni ekonomi keumatan yang bertujuan untuk membangun kemandirian ekonomi.
“Ekonomi inklusif ini adalah ekonomi yang merangkul umat. Kita ini harus menjadi ekonomi keumatan bukan ekonomi yang sifatnya individual saja atau konglomerasi,” katanya.
“Kalau ekonomi kita ini inklusif, ekonomi kemandirian, satu terkena yang lain masih survive. Jadi, ekonomi inklusif ini penting,” imbuhnya.
Guna mewujudkan ekonomi inklusif, Pemda Provinsi Jabar menggagas sejumlah program, salah satunya adalah One Pesantren One Product (OPOP). Menurut Emil, ada sekira 1.100 pesantren yang terlibat dalam program tersebut. Dan lima pesantren terbaik sudah mengikuti pameran di Turki beberapa waktu lalu.
“Ada cerita menarik di sana (pameran Turki). Pameran yang paling rame dikunjungi itu stan orang Indonesia dan mereka kagum pesantren Indonesia punya kemandirian ekonomi,” katanya.
“Jadi, ini program agar ekonomi Indonesia juara dunia melalui ekonomi inklusif keumatan, sasarannya pesantren. Bahasanya program Satu Pesantren Satu Produk. Kami ingin lulusan dari Sekolah Tinggi Ilmu Syariah NU ini mengembangkan itu,” tambahnya.
Selain OPOP, Pemda Provinsi Jabar menggagas program inovatif bernama Desa Juara yang mempunyai tiga pilar, yakni digitalisasi layanan desa, One Village One Company (OVOC), dan Gerakan Membangun Desa.
Dari tiga pilar tersebut, Pemda Provinsi Jabar menggagas sejumlah program unggulan. Mulai dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jantung (Jembatan Gantung) Desa, Jalan Mulus Desa sampai Patriot Desa. Program-program itu dirancang untuk menyelesaikan semua masalah desa.
“Suatu hari tinggal-lah di desa, tapi rezeki kota. Kuncinya apa? Membuat start-up berbasis digital. Dengan digital kita bisa mengubah ekonomi keumatan,” kata Emil mengakhiri.(Rel/Rie)