BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,--Pandemi COVID-19 mengancam ketahanan ekonomi pedesaan di Jawa Barat (Jabar). Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dituntut inovatif melihat peluang usaha yang muncul saat pandemi. Tujuannya supaya kegiatan ekonomi di desa tetap bergairah.
Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPM-Desa) Jabar Firman Nurtafiyana menyatakan, BUMDes-BUMDes di Jabar terus berinovasi dan beradaptasi dengan pandemi yang membuat perekonomian menjadi tidak pasti.
"BUMDes yang bertahan selama pandemi adalah BUMDes yang bisa membaca dan memanfaatkan peluang, seperti memproduksi masker kain, APD dan hand sanitizer karena permintaan dari masyarakat tinggi," kata Firman, Rabu (1/7/20).
Firman mengatakan, BUMDes yang fokus di sektor pertanian dan perkebunan tetap berproduksi. Apalagi, permintaan pasar terhadap komoditas pertanian terutama rempah-rempah seperti jahe meningkat selama pandemi.
"Kami mendorong BUMDes untuk menyediakan sembako. Terutama saat Bantuan Langsung Tunai (BLT) berbasis Dana Desa cair. Jadi, masyarakat yang ingin membeli sembako, bisa melalui BUMDes," ucapnya.
DPM-Desa Jabar memiliki empat strategi guna mengoptimalkan peran BUMDes dalam menjaga ketahanan ekonomi desa. Pertama, fokus pada ketahanan pangan. Artinya, BUMDes di Jabar disarankan untuk mulai memenuhi kebutuhan pangan, baik daerah maupun nasional.
"Karena kedepannya impor pangan akan menjadi tidak mudah seperti dulu. Dari sekarang harus mengantisipasi kebutuhan pangan dipenuhi oleh desa melalui BUMDes," kata Firman.
Strategi selanjutnya adalah penguatan pengelolaan BUMDes dengan fokus kepada produk unggulan. Kemudian, pemanfaatan platform digital akan dilakukan DPM-Desa Jabar, supaya BUMDes dapat menjangkau pasar yang luas. Platform digital pun mampu mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Sebab, transaksi jual-beli tidak dilakukan secara tatap muka.
"Kami terus terapkan mekanismenya, apakah sudah bisa memanfaatkan media sosial, e-commerce, internet of think. Kerja sama dengan berbagai pihak kami dorong," ucap Firman.
Firman mengatakan, strategi terakhir yakni bergulirnya padat karya tunai desa. Padat karya tunai desa bertujuan memulihkan ketahanan ekonomi pedesaan dalam masa pandemi COVID-19. Konsep padat karya tunai adalah semua kegiatan pekerjaan yang didanai dana desa harus menggunakan sebesar-besarnya tenaga kerja di desa bersangkutan.
Tenaga kerja yang menjadi prioritas adalah tenaga kerja dari keluarga miskin, tenaga kerja pengangguran, tenaga kerja pengangguran baru di desa. Pembayaran padat karya tunai dilakukan secara harian.
"Itu beberapa strategi yang akan dilakukan untuk menjaga dan memulihkan ketahanan ekonomi desa saat pandemi. Ketahanan pangan, pengelolaan BUMDes, digitalisasi, dan padat karya tunai," katanya.
Pandemi COVID-19 membuat roda ekonomi BUMDes Maju Desa Ujunggebang, Kabupaten Indramayu, berhenti berputar. Sebab, Wisata Pantai Plentong yang dikelolanya ditutup selama pembatasan sosial berlaku.
Direktur BUMDes Maju Desa Ujunggebang, Taripan, mengatakan, supaya kegiatan ekonomi tetap bergerak, pihaknya mulai memproduksi hand sanitizer.
"Karena pariwisata ditutup, BUMDes kami kebingungan harus ngapain. Setelah dipikir-pikir dan lihat sumber daya yang ada, akhirnya kami membuat hand sanitizer," kata Taripan.
Permintaan masyarakat untuk hand sanitizer konsisten meningkat selama pandemi COVID-19. Untuk memenuhi permintaan tersebut, BUMDes Maju memperkerjakan beberapa warga desa.
"Kami juga berkolaborasi dengan BUMDes lain untuk pembuatan masker kain. Kami jual kembali kepada masyarakat dengan harga rendah, tapi tetap ada pemasukan untuk desa," ucap Taripan.
Taripan mengatakan, saat masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dimulai, pihaknya harus kembali melihat peluang yang ada. Tujuannya supaya kegiatan BUMDes dan ekonomi di desanya tetap bergairah.(Red)