BANDUNG.LENTERAJABAR,COM, -- Dalam memimpin dan memajukan Provinsi Jawa Barat (Jabar), Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan bahwa dirinya selalu berpegang teguh kepada tiga nilai kepemimpinan.
Pertama, pemimpin harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk warganya dengan cara menjaga lisan dan tindakan. Menurut Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil, konflik bisa terjadi jika pemimpin tidak bisa menjaga ucapan dan tindakan serta tidak menghadirkan ketenangan bagi warganya.
"Karena banyak juga pemimpin yang kadang-kadang lisannya tidak terjaga, akhirnya terjadi konflik," ujar Kang Emil saat menyampaikan paparan dalam agenda Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) XI Tahun 2020 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) melalui konferensi video dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (26/10/2020).
Kedua, nilai kepemimpinan yang menjadi pegangan Kang Emil adalah mengakselerasi kemajuan. Sebagai kepala daerah, ia berkomitmen meningkatkan dan mempercepat pembangunan di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar se-Indonesia ini.
"Meningkatkan kecepatan pembangunan yang dulunya repot menjadi tertib, dulunya gelap menjadi transparan, itu harus kita lakukan," tutur Kang Emil.
Ketiga, pemimpin wajib membawa perubahan dengan menciptakan inovasi dan program-program baru.
Kang Emil berujar, ketiga nilai kepemimpinan itulah yang harus semuanya dimiliki oleh kepala daerah.
"Inilah tiga nilai yang selalu saya pegang. Ketiganya harus dimiliki, karena ada juga pemimpin yang membawa perubahan tapi lisan dan tindakannya tidak terjaga sehingga (situasi) sosial politik tidak kondusif," ujar Kang Emil.
Selain bicara tiga nilai kepemimpinan, Kang Emil juga memaparkan empat tipe kepemimpinan dihadapan peserta diklat yang terdiri dari kepala daerah hingga pimpinan DPRD tersebut.
Tipe pertama adalah kepemimpinan represif, di mana setiap kebijakannya harus selalu top-down atau bersifat menekan dan memaksa.
"Tipe kedua yaitu kepemimpinan defensif, senangnya menyalahkan orang, kira-kira begitu, tidak mau mengambil tanggung jawab, kalau ada masalah selalu berkelak dengan berbagai alasan," ucap Kang Emil.
Tipe ketiga dan keempat, masing-masing yakni responsif dan sensitif. Kang Emil berharap, para pemimpin di Indonesia memiliki tipe responsif sehingga selalu terdepan dan cepat tanggap terhadap suatu masalah.
"Kepemimpinan responsif, setiap ada masalah selalu merespons dengan cepat, seperti kebencanaan dan masalah lainnya," kata Kang Emil.
Sensitif menjadi tipe kepemimpinan yang terbaik menurut Kang Emil, yaitu bisa mengambil tindakan atau mencegah sebelum terjadi sebuah aksi atau kejadian.
"Karena dia dengan segala datanya bisa melakukan tindakan preventif," ujar Kang Emil.
"Salah satu yang coba saya praktikkan dari dua tipe (responsif dan sensitif) ini adalah melalui media sosial. Karena media sosial di zaman sekarang menjadi cara masyarakat berinteraksi yang bisa dijadikan sampling oleh pemimpin terkait hal-hal yang harus direspons," tutupnya.
Adapun dilansir Lemhanas RI, P3DA XI diikuti 26 peserta yang terdiri dari 9 orang bupati, 3 orang wakil bupati, 4 orang wali kota, 1 orang wakil wali kota, 7 ketua DPRD, 1 wakil ketua DPRD, dan 1 orang sekretaris daerah kabupaten.
P3DA 11 direncanakan dilaksanakan selama dua bulan dan dibuka pada Senin, 28 September 2020 hingga Rabu, 9 Desember 2020. Di masa pandemi COVID-19, penyelenggaraan P3DA dilaksanakan secara virtual.
Penyelenggaraan P3DA diharapkan dapat mewujudkan pimpinan tingkat daerah yang bermoral, beretika, dan berkarakter kebangsaan, serta memahami empat Konsensus Dasar Bangsa yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan cakrawala pandang operasional antara lain wawasan nusantara, ketahanan nasional dan kewaspadaan nasional, terampil dalam memecahkan masalah di daerah, serta mampu memberikan saran kepada pemerintah daerah tingkat I tentang kebijakan publik dan terkait nilai-nilai kebangsaan. (Rie/Red)