BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,--Di masa pandemi saat ini, aktivitas warga memang masih dibatasi. Pembatasan aktivitas ini merupakan bagian upaya pencegahan virus Covid-19 yang telah menjangkit sejak Maret 2020 lalu.
Sedikit mengerem aktivitas dan beradaptasi terhadap pola hidup merupakan salah satu bentuk pengorbanan agar pandemi Covid-19.
Soal pengorbanan, rakyat Bandung tak perlu lagi diragukan.
Pada
75 tahun silam, tepat pada 23 Maret 1946, rakyat Bandung membakar rumah
dan bangunannya agar tak dikuasai oleh sekutu. Peristiwa itulah yang
kini dikenal sebagai Bandung Lautan Api.
Dirangkum
dari berbagai sumber, peristiwa Bandung Lautan Api bermula ketika
Belanda dan Sekutu datang ke Bandung tanggal 12 Oktober 1945.
Mereka
ingin merebut kembali wilayah-wilayah Indonesia dengan cara melucuti
senjata Tentara Keamanan Rakyat (TKR), laskar-laskar pejuang, milisi
Indonesia, tentara Jepang dan membebaskan tawanan Eropa Belanda.
Kehadiran
sekutu di Kota Kembang ini mendapat sambutan kurang ramah dari para
pejuang. Sejumlah pertempuran sempat terjadi diantaranya peretempuran
Cihaurgeulis, Sukajadi, Pasirkaliki, viaduct (jembatan di atas jalan)
dan balai kereta api.
Geram
dengan sikap rakyat Bandung yang enggan meletakan senjata, tentara
sekutu di bawah komando Kolonel McDonald memberi ultimatumnya yang kedua
pada tanggal 23 Maret 1946 agar Bandung selatan segera dikosongkan oleh
milisi serta rakyat sipil.
Sebetulnya
seruan itu telah jauh-jauh hari digembar-gemborkan oleh Belanda dan
Sekutu melaui selebaran kertas yang jatuhkan oleh pesawat Dakota milik
RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris), yang berisi: “Para ekstrimis
Indonesia harus mengosongkan Bandung selambat-lambatnya pada 24 Maret
1946, jam 24.00 dan mundur sejauh 11 km dari tanda kilometer nol”.
Mendapat
ultimatum tersebut para pejuang Bandung yang tergabung dalam TRI
(Tentara Republik Indonesia), laskar-laskar, dan ribuan rakyat lainnya
geram dan dengan tegas menolak menyerahkan tanah tumpah darah kepada
Belanda.
Terkait
ultimatum itu, Pemerintah Republik Indonesia melaui Perdana Menteri
Sutan Sjahrir dan Komandan Divisi III TRI, Kolonel AH Nasution,
menyarankan agar para pejuang Bandung memenuhi ultimatum Sekutu.
AH. Nasution sempat bicara soal opsi mempertahankan atau menyerahkan kota Bandung pada Perdana Menteri Sutan Syahrir.
Syahrir
begitu pesimistis akan kekuatan TKR, yang baru berganti nama menjadi
TRI pada 26 Januari 1945. Bagi Syahrir, TRI tak akan bisa menghadapi
Tentara Sekutu. Senjata TRI sangat sedikit.
Syahrir yang tak suka kekerasan dan tak suka melihat darah, menekan Nasution untuk menerima ultimatum agar Bandung dikosongkan.
Syahrir
berusaha membebaskan Indonesia dari tekanan militer negara Adidaya
Inggris dengan menampilkan wajah Republik Indonesia sebagai pemerintahan
yang beradab dan cinta damai.
Ia
pun ikut melobi agar Jenderal Inggris mau meminjamkan 100 truk untuk
mengeluarkan orang-orang Indonesia dari Bandung. Tawaran truk itu
ditolak Kolonel Nasution.
Karena
sejatinya, Nasution dan para perwira lainnya enggan menyerahkan
Bandung. Namun, dia harus taat apa kata perdana menteri. Sebagai perwira
profesional, dengan pengalaman di KNIL juga, sudah seharusnya Nasution
tunduk pada apa kata pemerintah.
Nasution
lalu melakukan rapat bersama pimpinan militer Indonesia lainnya. Mereka
sepakat tidak mempermudah kehadiran Tentara Sekutu di Bandung.
Perintah
Syahrir sebagai Perdana Menteri tetap ditaati, tetapi diputuskan bahwa
akan ada Operasi pembakaran Bandung. Dan ini dikatakan sebagai operasi
“bumihangus”. Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil
lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang
dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia,
tanggal 23 Maret 1946.
Hasil
musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai
Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung.
Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir.
Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi
meninggalkan Bandung.
Pembumihangusan
jadi jalan tengah bagi Nasution. Dia dan orang Indonesia lainnya keluar
dari Bandung, seperti perintah Syahrir tapi dengan membakar kota yang
ditinggalkannya itu.
Perintah
Syahrir ditaati dan Bandung dibiarkan lepas begitu saja karena sudah
jadi lautan api. Itu lebih baik ketimbang menyerahkan Kota Bandung
begitu saja pada Tentara Sekutu. Sekutu tidak boleh dapat manfaat apapun
dari kota Bandung karena sudah terbakar.
Dan
pembakaran Bandung mulai dilaksanakan dini hari pada 24 Maret 1946.
Rakyat sipil akan langsung diungsikan hari itu juga. Namun, ada yang
memulai sejak pukul 21.00 tanggal 23 Maret 1946.
Gedung
pertama yang dibakar adalah Bank Rakyat. Lalu sekitar Banceuy, Cicadas,
Braga dan Tegallega pun dibakar. Asap pun membumbung tinggi, hingga
terlihat di luar kota.
Di
dalam kondisi genting ini, tentara Inggris juga menyerang sehingga
pertempuran sengit tidak terhindarkan. Pertempuran terbesar berlangsung
di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Di tempat inilah adanya
gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Rupanya,
pejuang Indonesia Muhammad Toha serta Ramdan, dua anggota milisi BRI
(Barisan Rakjat Indonesia) memperoleh misi penghancurkan gudang amunisi
itu. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang senjata itu dengan
dinamit. Walau demikian, kedua milisi itu turut terbakar di dalam gudang
besar yang diledakkannya itu.
Awalnya,
staf pemerintahan kota Bandung merencanakan untuk tetap berada di dalam
kota. Akan tetapi, untuk keselamatan mereka, maka pukul 21.00 itu,
mereka juga turut dalam rombongan yang dievakuasi dari Bandung.
Sekitar
pukul 24.00, Bandung kosong dari masyarakat serta TRI. Sementara, api
masih membubung membakar kota, hingga Bandung menjadi lautan api.
Strategi
operasi bumihangus ini merupakan strategi yang tepat karena kekuatan
TRI serta milisi rakyat memanglah tak sebanding dengan kekuatan pihak
Sekutu serta NICA yang besar. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api
tersebut, lalu TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan
dari luar Bandung lewat cara bergerilya.
Jadi
jika musuh Kota Bandung saat ini adalah virus Covid-19, maka mari
sama-sama berjuang. Warga Kota Bandung disiplin melaksanakan ptotokol
kesehatan.
Yuk kita disiplin mengenakan masker, menjaga jarak, tidak berkerumun, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.(Rie/Red)