Caption : Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,--Sebagai upaya untuk mengurangi luapan air, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengoptimalkan lahan terbuka untuk sumber resapan.
Saat ini, Pemkot Bandung mengupayakan resapan air di daerah perbukitan wilayah utara kota yang berjejer hingga ke ujung timur.
Menurut
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, kawasan hulu ini apabila
memungkinkan dibuatkan kolam retensi. Sekalipun terbatas, fungsi
resapannya harus ditingkatkan.
"Oleh
karena itu program membuat kolam retensi dan sumur resapan di daerah
Bandung utara. Karena Bandung daerah cekungan makanya kita harus banyak
serapan air di wilayah hulu sehingga air mengalir ke hilir semakin
berkurang," ucap Yana di Jalan Nyland, Kamis, 18 Maret 2021.
Yana
menuturkan, resapan air tidak hanya sebagai solusi dalam mengurangi
luapan, namun sekaligus menjadi strategi untuk menambah cadangan air
tanah. Sehingga saat musim kemarau tiba tidak terlalu kesulitan karena
air sudah ditabung sejak musim penghujan.
"Kalau
semakin banyak resapan air di hulu sehingga mudah mudahan pada saat
musim hujan kita tidak kelebihan air, dan musim kemarau kita masih
banyak. Airnya kita bisa tabung, sekaligus mengurangi luapan ke jalan,"
ujarnya.
Yana
mengungkapkan, saat ini Pemkot Bandung sudah membuat 7 kolam retensi
yang tersebar di pelbagai wilayah. Lalu 10 sumur imbuhan dalam yang
dipusatkan di kawasan Gedebage. Kemudian 3.470 drum pori tercatat telah
disebar sepanjang tahun 2020 lalu.
Menurut
Yana, konsentrasi terhadap wilayah perbukitan harus dijaga secara
konsisten. Mengingat luapan air di Kota Bandung bisa terjadi sekalipun
wilayah perkotaan tidak diguyur hujan.
"Ada
beberapa sungai sungai yang hulunya di daerah utara mengalir ke selatan
kadang kalau di Bandung tidak hujan di hulunya hujan banjirnya ke Kota
Bandung. Makanya beberapa waktu lalu, kita intens membangun kolam
retensi, terutama di daerah hulu agar semakin banyak air terserap di
daerah hulu," terangnya.
Meski
begitu, sambung Yana, Pemkot Bandung tak melupakan membuat resapan
ataupun parkir air di kawasan hilir. Tujuh kolam retensi yang sudah
dibuat yakni kolam retensi di depan pasar Gedebage yang menampung aliran
dari Sungai Cipamulihan.
Termasuk juga Kolam Retensi Sarimas yang menampung limpahan Sungai Cikiley, lalu di Sirnaraga untuk memarkir air Sungai Citepus.
Kemudian
ada kolam retensi di Rancabolang dekat Sungai Cinambo. Selanjutnya
kolam retensi juga terdapat di kawasan Cisurupan sebagai penampung
aliran Sungai Ciloa. Termasuk kolam retansi di tengah pusat kota yang
terdapat di Taman Lansia dan Taman Kandaga Puspa tepat di samping Sungai
Cikapayang.
Selebihnya
Yana meminta partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam mengatasi
masalah genangan air di perkotaan. Di antaranya agar mencegah tidak
membuang sampah ke aliran sungai, terlebih benda-benda berukuran besar
yang selama ini kerap ditemukan menjadi penyebab luapan air karena
menyumbat aliran sungai.
"Sebetulnya
apapun upaya pemerintah yang dilakukan selama warga Bandung tidak ingin
berpartisipasi upaya kita ga bisa optimal. Seperti misalkan masih
banyaknya yang buang sampah ke sungai, karena setiap saya kunjungi
daerah yang banjir di sungainya ada bed cover, kausr, lemari, kursi
akhirnya menghambat aliran air," bebernya.
Menyoal
partisipasi masyarakat, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung,
Didi Ruswandi mengaku turut mempertimbangkan pendekatan psikologis
dalam berbagai pembangunan. Termasuk sejumlah program pengentasan luapan
air.
Di antaranya,
lanjut Didi, optimalisasi lahan perbukitan ataupun daerah kolam retensi
dan aliran sungai dengan memberikan ruang aktivitas bagi masyarakat.
Sehingga, masyarakat didorong agar ikut memelihara tempat tersebut agar
berfungsi secara maksimal.
"Saya
percaya dengan pendekatan psikologi kalau sebuah tempat asik insyaallah
banyak yang mau. Makanya bantaran kita tata karena kalau masyarakat
merasa memiliki pasti mereka akan ikut menjaganya," kata Didi.
Didi
menjelaskan, penanganan banjir di Kota Bandung sudah mengacu pada
konsep Zero Delta Q policy. Sehingga air yang dialirkan itu disesuaikan
dengan kapasitas drainase. Sementara kelebihannya itu diupayakan untuk
bisa diparkir dan diresapkan.
"Karena
drainasenya kita terbatas tidak bertambah panjang atau lebar. Makanya
kita sekarang fokus parkir dan resapan. Di ruang terbuka hijau dengan
resapan di ruang terbangun. Kita buat rekayasa resapan, di ruang yang
luas buat retensi," katanya,(Rie/Red)