Caption : Ummi Siti Muntamah Oded.Ketua TP-PKK Kota Bandung yang juga Forum Bandung Sehat
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,--Kolaborasi
Helen Keller International dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung, TP PKK
Kota Bandung, Forum Bandung Sehat (FBS), Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
(AIMI) Jawa Barat dan Meds-On
Enam
organisasi level lokal, provinsi, dan nasional di Kota Bandung
berkolaborasi untuk menyelenggarakan webinar bertajuk "Optimalkan
Praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak untuk Bandung Bebas Stunting”,
Selasa, 23 Maret 2021.
Perlu
diketahui, di Kota Bandung telah ada berbagai program penurunan
stunting. Salah satunya bertajuk Bandung Tanginas (Tanggap Stunting
dengan Pangan Aman dan Sehat).
Program ini digagas langsung oleh ketua TP-PKK Kota Bandung sekaligus Forum Bandung Sehat yaitu Ummi Siti Muntamah Oded.
Program ini menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta sebagai kelompok yang masuk dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Bandung
Tanginas berupaya memberikan asupan pangan sehat, pelatihan
keterampilan pada kelompok pra-sejahtera, edukasi gizi, pelatihan
budidaya lele di dalam ember (budikdamber), pemanfaatan pekarangan rumah
untuk budidaya sayuran, dan gerakan BandungSAE (Sadayana ASI
Eksklusif).
Pada acara
webinar ini dihadiri dari berbagai sektor. Di antaranya organisasi
profesi, institusi pendidikan, lembaga pemerintah, puskesmas, LSM, dan
masyarakat umum. Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Gizi Masyarakat,
Kemenkes.
Acara ini
mendiskusikan beberapa topik yang hangat di kalangan para ibu. Acara
dibuka oleh Gwyneth Cotes sebagai Country Director dari Helen Keller
International.
Dalam
sambutannya, Gwyneth menyampaikan, PMBA yang optimal tidak lepas dari
pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)
setelah 6 bulan dan tetap menyusui sampai 2 tahun.
Namun,
PMBA yang optimal jauh lebih luas daripada hal tersebut, diantaranya
pola asuh, lingkungan yang bersih, serta perlindungan keluarga dari
pemasaran dan promosi makanan buatan pabrik yang tidak sehat untuk
balita.
Topik pertama
membahas tantangan selama pemberian makan anak sebelum pandemi yang
dibawakan oleh dr. Dian dari Helen Keller International.
Dari
hasil kajiannya, hampir seluruh balita (sekitar 80%) mengonsumsi
makanan ringan buatan pabrik dan berpemanis. Sebaliknya, hanya sedikit
bayi yang memakan sayur dan buah yang kaya vitamin A.
Upaya
optimalisasi praktik PMBA tidak berhenti selama pandemi. Sentra Laktasi
Indonesia (SELASI) bermaneuver dengan memperkenalkan metode
telekonseling.
Program
ini berlangung di 7 puskesmas di Kota Bandung. Ibu yang memiliki
bayi/baduta yang memiliki kendala dalam proses menyusui atau memberikan
MPASI dapat menghubungi Hotline, website, maupun via Tenaga Pelaksana
Gizi (TPG) Puskesmas.(Rie/Red)