JAKARTA.LENTERAJABAR.COM,--Peran pengasuhan yang seimbang antara ibu dan ayah, utamanya pada situasi pandemi Covid-19 sangat penting dan berdampak pada tumbuh kembang anak. Walaupun saat ini teknologi semakin maju dan dekat dengan kehidupan kita, namun orangtua dituntut mampu menjadi teladan dan panutan utama bagi anak-anaknya. Orangtua, baik ayah maupun ibu harus saling berbagi peran dalam pengasuhan anak, termasuk mampu bersama-sama menjadi panutan dalam penerapan Protokol Kesehatan.
“Salah satu arahan Presiden RI, Joko Widodo kepada Kemen PPPA adalah Peningkatan Peran Ibu dan Keluarga dalam Pendidikan/Pengasuhan Anak. Meskipun begitu, bukan berarti pendidikan atau pengasuhan anak hanya merupakan tugas perempuan atau ibu saja. Namun, kesetaraan dalam keluarga dan pembagian peran yang seimbang antara ayah dan ibu merupakan hal yang krusial dalam pengasuhan. Jika pengasuhan hanya dibebankan pada ibu saja, maka akan memengaruhi pola pikir anak menjadi bias gender, sehingga budaya patriarki terus langgeng hingga lintas generasi. Secara psikologis, keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang maksimal,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga pada Seminar Nasional Sukses Menjadi Ayah dan Ibu Teladan yang diselenggarakan oleh Genius Islamic School Jakarta Sabtu (27/3/2021)
Saat ini peran teknologi memang semakin dekat dengan kehidupan kita, tidak terkecuali dengan anak pada masa pandemi Covid-19. Namun demikian, Menteri Bintang menegaskan bahwa peran orangtua tidak dapat tergantikan oleh teknologi, secanggih apapun itu. Orangtua harus lebih jeli dan hati-hati dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak di era digital ini.
“Ingat, anak adalah peniru ulung. Panutan utama anak seyogyanya adalah orangtua, bukan teknologi. Oleh karenanya, orangtua sebagai pengasuh utama harus memiliki literasi digital yang mumpuni dan perlu beradaptasi dengan menerapkan digital parenting. Orangtua harus turut mendampingi anak dalam penggunaan teknologi informasi dan memastikan konten yang diakses anak aman,” tegas Menteri Bintang.
Menteri Bintang juga mengingatkan dalam situasi pandemi Covid-19, orangtua memiliki peran penting sebagai panutan atau teladan dalam melaksanakan protokol kesehatan, sehingga anak pun dapat disiplin menerapkannya.
Survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait Situasi Pengasuhan Anak di Masa Pandemi Covid-19 mengungkapkan bahwa ibu lebih banyak berperan dalam upaya mengedukasi anak-anaknya terkait protokol kesehatan. Selain itu, ibu juga lebih berperan dalam mendampingi anak-anaknya ketika belajar. Namun demikian, Ketua KPAI, Susanto mengatakan apresiasi tetap harus diberikan kepada ayah yang juga turut serta mengedukasi anak-anaknya terkait protokol kesehatan, serta mendampingi anak-anaknya dalam belajar dan beraktivitas.
“Peran ibu dan ayah sangat positif bagi pengasuhan dan perlindungan anak. Jika pengasuhan anak hanya diperankan oleh ayah atau ibu saja, maka akan berdampak bagi perkembangan anak. Ketidakhadiran ayah dalam ruang-ruang keluarga, baik secara psikologis maupun fisik akan berdampak pada kemampuan dan keterampilan sosial anak, kemandirian anak, dan kematangan anak di masa perkembanganya,” ungkap Susanto.
Praktisi Islamic Parenting, Ustadz Bendri Jaisyurrahman memberikan tips agar orangtua bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Menurutnya, orangtua harus mampu memperkuat ikatan hati dan menjadi sosok yang dicintai terlebih dahulu oleh anak-anaknya, sebelum menjadi panutan atau teladan bagi anak-anaknya.
“Anak akan meniru sesuatu yang ia sukai dan ia cintai. Oleh karenanya, penting bagi orangtua untuk menjadi sosok yang mereka cintai dan melakukan upaya untuk mengikat hati anak-anaknya terlebih dahulu. Memperkuat ikatan hati dan emosi harus dilakukan orangtua sejak anak berusia 0-7 tahun. Dengan demikian, jika sudah menjadi sosok yang dicintai sejak awal maka orangtua akan lebih mudah membimbing dan ditiru oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, penting menjadi orangtua yang dicintai terlebih dahulu, lalu diteladani. Keteladanan pada dasarnya adalah kecintaan,” jelas Ustadz Bendri.(Red/Ril)