Caption : Anggota Legislatif (Aleg) DPRD Jabar Abdy Yuhana batik merah (kanan) |
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,--Patut disyukuri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki Pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara.Setiap tanggal 1 Juni kini diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni
2021 harus jadi momentum yang menguatkan komitmen bangsa bahwa Pancasila
merupakan dasar negara. Karena itu, Anggota Legislatif (Aleg) DPRD Jabar Abdy
Yuhana menilai, tidak perlu lagi ada perdebatan mengenai perubahan dasar
negara.
“Pancasila sebagai sebuah keyakinan dan
kesepakatan bersama bagi kita untuk berbangsa. Ini harus dijadikan landasan
bagi kita untuk bermasyarakat. Intinya jangan ada lagi perdebatan mengenai
ideologi Pancasila,” ujarnya, usai Kegiatan Hari Lahir Pancasila, Prakarsa:
Pancasila untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia & Kepeduliaan Rakyat
Palestina, di Gedung Sate jalan Diponegoro no 22, Kota Bandung, Selasa (1/6/2021).
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini meski begitu, Abdy mengingatkan semua pihak
bahwa Pancasila ini jangan dijadikan seperti sebuah fosil. Maka itu,
ruang-ruang untuk Pancasila harus terus dibuka, dibahas dan dipedomani sebagai
cara berkehidupan berbangsa dan bernegara,tuturnya.
Lebih lanjut dikatakannya sehingga Pancasila tetap menjadi perekat kita
sebagai sebuah bangsa. Maka itu, kami mengapresiasi anak muda yang terus
membuka ruang dan membuat Pancasila semakin menarik,” kata legislator partai berlambang banteng moncong putih ini. Anggota komisi III ini menilai, saat ini terjadi fenomena dimana setiap ada
perbedaan politik seolah tidak bisa bersatu. Di sisi lain, tidak ada sosok atau
figur yang menyatukan perbedaan tersebut. Nah, Pancasila merupakan jembatan
dalam menyatukan sejumlah perbedaan, salah satunya pandangan politik, yang
kerap terjadi di Tanah Air.
Menurut pengamatan wakil rakyat daerah pemilihan (dapil) Jabar XI ini, kita defisit tokoh bangsa yang
merangkul, sehingga kalau ada pandangan politik yang berbeda maka tidak bisa
bertemu. Ke depan saya berharap kita surplus tokoh bangsa yang negarawan dan
merangkul, serta menjadikan pandangan berbeda sebagai sebuah khasanah dalam
memerkuat Indonesia, bukan sebagai pemecah bangsa,tuturnya.
Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini. menambahkan, Indonesia harus memiliki
undang-undang konsensus bernegara. Dengan adanya undang-undang itu, diterangkan
Abdy, negara ini bisa makin melangkah maju, salah satunya dengan membangun peradaban
bangsa.
“Jangan sampai kita sedang melaju, muncul lagi
persoalan sejarah yang belum selesai. Maka itu, kalau kita sudah merumuskan
peradaban bangsa yang clear, otomatis permasalahan sejarah akan selesai.
Setelah itu, baru kita membangun sumber daya manusia, setelahnya perekonomian,”
kata Abdy.
Dia menekankan, masyarakat harus menjalankan
ideologi Pancasila selama hayat masih dikandung badan. Lewat lima sila yang
terkandung dalam Pancasila, semua agama, suku, bahasa, adat, dan budaya mampu
dipersatukan. Terutama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Indonesia dengan berbagai keberagamannya mampu
dipersatukan oleh Pancasila. Tugas kita hanya harus bergotong royong
menjalankan ideologi Pancasila,” katanya.