JAKARTA.LENTERAJABAR.COM,--Dalam rangka mendukung tatanan kesehatan nasional pada masa pascapandemi, dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi, setara, dan berkelanjutan. Untuk itu, Warta Ekonomi mengadakan webinar kesehatan bertajuk “Indonesia Health Care Outlook 2022: Menata Sistem Kesehatan Nasional yang Terintegrasi Setara dan Berkelanjutan Pascapandemi” guna mendukung tercapainya tatanan tersebut.
“Kita semua tahu bahwa kesehatan merupakan input pembangunan berkelanjutan. Kita semua diajarkan bahwa sebelum menjadi pintar, sebelum strategi dijalankan, tentu saja seluruh karyawan harus memiliki kesehatan yang sempurna sehingga pada akhirnya outcome dan output yang dihasilkan bisa sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tentu saja kebutuhan negara,” ujar Muhamad Ihsan, CEO & Chief Editor Wartaekonomi.co.id, dalam sambutannya pada webinar, Rabu (8/12/2021).
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menjelaskan Indonesia masih memiliki masalah kesehatan yang persisten. Ditambah lagi dengan kondisi Indonesia yang menempati peringkat kedua kasus Tuberkulosis tertinggi di dunia, 73% jumlah kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, dan 39% populasi umur 15 tahun ke atas merokok.
Untuk itu, perlu adanya pilar transformasi kesehatan nasional yang fokus pada enam aspek utama, yaitu layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sdm kesehatan, dan teknologi kesehatan. Dante berharap, enam pilar ini dapat menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan dalam mengupayakan transformasi kesehatan nasional.
“Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua bagaimana transformasi kesehatan itu dilakukan di Indonesia dalam era 2021-2024 ke depan yang akan memberikan kontribusi bagi seluruh rakyat Indonesia secara merata,” ungkap Dante.
Menanggapi kebutuhan transformasi layanan primer, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan memberikan empat rekomendasi yang dapat dilakukan oleh para pemangku kebijakan. Rekomendasi Ede mencakup penanganan Covid-19 perlu dijadikan ujung tombak dan perisai dalam program kesehatan masyarakat esensial, transformasi harus difokuskan pada pemberdayaan masyarakat serta penguatan pelayanan kesehatan primer, transformasi perlu memenuhi sumber daya instrumen secara menyeluruh, serta transformasi puskesmas menuju Public Health 4.0.
“Semoga kita bisa konsisten dan komitmen dalam melaksanakan agenda transformasi layanan kesehatan primer sebagai landasan transformasi sistem kesehatan nasional secara menyeluruh pada 2022, dst,” kata Ede.
Sejalan dengan yang diungkapkan Ede, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih mengungkapkan pandemi Covid-19 ini merupakan pembelajaran penting bagi sektor kesehatan Indonesia. Daeng menilai sektor kesehatan membutuhkan tatanan yang tak hanya sekadar normatif, namun perlu dipersiapkan secara matang agar sistem kesehatan dapat berjalan dengan baik.
“Karena para pakar sudah memprediksi 10-20 tahun ke depan kondisi-kondisi yang sifatnya pandemi akan berulang. Apakah itu yang murni karena memang penyakit, atau mungkin ada unsur-unsur lain, seperti bioterrorism dan sebagainya,” tutur Daeng.
Dalam mengantisipasi situasi kesehatan nasional di masa mendatang, BPJS Kesehatan akan memusatkan perhatian pada upaya peningkatan mutu layanan dengan tetap menjaga kesinambungan finansial program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Deputi Direksi Bidang Riset dan Inovasi BPJS Kesehatan Benjamin Saut menyatakan, “Untuk mewujudkan hal tersebut, berbagai inovasi berbasis teknologi telah diluncurkan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan customer journey sejak mendapatkan informasi awal hingga peserta menyampaikan keluhan pasca mendapatkan pelayanan.”tuturnya.
Menyambung pembahasan upaya peningkatan mutu layanan kesehatan, Presiden Direktur Sinarmas MSIG Life Wianto Chen berharap akan ada regulasi yang mengatur integrasi data layanan kesehatan. Pasalnya, data yang terpisah membuat klaim kesehatan menjadi sulit dilakukan, dalam hal ini klaim asuransi. Padahal menurut Wianto, klaim asuransi sering kali melonjak setelah terjadi gelombang pandemi Covid-19.
“Mungkin kita bisa mulai dulu yang sudah ada di depan, baik secara teknologi maupun ekosistem, seperti hospital network. Kita bisa mengintegrasikan data sehingga ketika nasabah sedang berobat kita bisa mengurus administrasi klaimnya, sehingga settlement-nya bisa cepat, tepat waktu, digitalize, dan terintegrasi. Ini akan sangat memberikan dampak efisiensi yang luar biasa yang saya pikir ini akan menguntungkan semua pihak baik secara ekonomi baik ketahanan masyarakat atas kesehatan dan keuangan,” papar Wianto.
Digitalisasi juga menjadi aspek penting bagi PT Prodia Widyahusada Tbk. Setelah mengalami kejutan yang tak diduga pada awal serangan pandemi lalu, PT Prodia Widyahusada Tbk terus berupaya mencari solusi untuk kembali bangkit. Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk Dewi Muliaty mengungkapkan perusahaannya akan terus berinovasi dalam memberikan solusi untuk kebutuhan pelanggan, salah satunya melalui transformasi digital atau go-digital, untuk menghadapi perkembangan bisnis perusahaan pascapandemi.
Di sisi lain, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul akan tetap fokus mengembangkan produk herbal yang terjangkau dalam upaya mendukung ketahanan kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Sido Muncul akan mengintegrasikan bentuk penjualan baik secara daring maupun luring dengan harga yang terjangkau.
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Leonard menyampaikan, “Komitmen kami adalah untuk senantiasa berinovasi dalam melahirkan produk kesehatan yang modern dan natural untuk mendukung gaya hidup masyarakat di era new normal.”pungkasnya.**