Caption : tim Waqf Integrated Farm (WIF) bersama drh. Taryat Ali Nursidik saat memeriksa hewan qurban yang sehat terbebas dari Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Wabah Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD), tak bisa
dipandang sebelah mata. Mudah dan cepatnya virus ini menyebar dan menular tak
hanya menyebabkan hewan sakit, tapi juga kematian.
Dari channel Youtube
Kementerian Pertanian (Kementan) per hari Senin 13 Juni 2022, diwakili Kepala
Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menjelaskan wabah
PMK sudah menyebar ke 180 kabupaten di 18 Provinsi dengan jumlah kematian sapi
mencapai 695 ekor.
Dengan rincian jumlah
hewan yang sakit atau terinfeksi PMK terdata sebanyak 150.630 ekor. Lalu, hewan
ternak yang sudah sembuh dari PMK sebanyak 39.887 ekor, serta yang masuk dalam
kategori potong bersyarat sebanyak 893 ekor.
Melihat berbahayanya
virus ini, tim Waqf Integrated Farm (WIF) pun melakukan ikhitar pencegahan
melalui instruksi drh. Taryat Ali Nursidik.
Menurut pria yang akrab
disapa Abah Tariyat ini mengatakan selain tak lagi menerima kiriman domba untuk
penggemukan, dirinya juga mengingatkan tim WIF untuk tidak menerima kunjungan
dari luar.
“Virus PMK ini mudah
sekali menyebarnya, karena itu untuk memutus mata rantai penyebaran PMK kami
menolak kunjungan dari pihak luar. Mau itu peternak, mahasiswa atau lainnya.
Meski tidak berbahaya untuk manusia karena virus PMK ini hanya menyerang hewan
berlambung empat dan berkuku dua, tapi virus ini bisa terbawa oleh manusia.
Karena itu untuk kunjungan, sementara ini tidak diperbolehkan,” jelas Abah
Tariyat.
Pun kandang WIF, lanjut
Abah Tariyat, tidak lagi menerima kiriman domba atau kambing penggemukan di WIF
pada bulan April.
“Kambing atau domba
untuk penggemukan itu masuk ke WIF di bulan April sebelum Idul Fitri. Pada saat
itu, belum ada kabar ada virus PMK. Insya Allah, hewan di kandang WIF terjaga
dari virus PMK.”
Untuk menjaga kualitas
kambing kurban di WIF, hewan-hewan ini juga diperiksa secara berkala untuk
memantau kondisi hewan.
“Alhamdulillah, hewan
yang sedang Abah periksa ini sehat. Tau dari mana sehat? Setelah di cek suhu
ternyata normal. Suhu kambing itu normalnya di 38,5°C - 40°C. Lalu matanya
bersih dan mulutnya tidak ada luka. Jika kambing sakit, matanya akan berkabut
dan mulutnya ada luka-luka seperti sariawan.
“Kemudian jika diraba
tubuhnya tidak ada limfoglandula yang menonjol berarti sehat. Sebab
limfoglandula merupakan sistem pertahanan dalam tubuh. Jika menonjol, berarti
hewan sedang sakit.
Lalu kita dengarkan
melalui stetoskop. Jantung dan lambungnya sehat. Karena jantungnya tidak
berdetak terlalu cepat dan di lambungnya ada suara pergerakan rumput. Tanda
sehat juga bisa dilihat dari gerakan mulut yang mengunyah tapi tidak sedang
mengunyah rumput. Di anus juga tidak ada tanda mencret. Dan kuku kaki sehat,
tidak bernanah,” tutur Abah sambil memeriksa kambing.
Menurutnya hal yang
paling menonjol saat pemeriksaan hewan adalah mulut dan kuku, jika mulut dan
kuku sehat, maka tidak terindikasi PMK. “Sesuai namanya, PMK, jika hewan sudah
tertular maka dapat dilihat pada mulut dan kukunya.”
Karena itu, para
pekurban yang hendak berkurban di Green Kurban tak perlu khawatir. Selain
memantau kesehatan hewan dan kebersihan kandang dengan rutin melakukan
disinfeksi, hewan yang akan didistribusikan akan dilengkapi dengan surat
keterangan sehat dari dinas terkait.
“Ini merupakan ikhtiar
kami untuk menjamin kesehatan hewan yang didistribusikan dari kandang WIF,”
tegas Abah.
Dan tak hanya
pencegahan, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga turut membagi tips
dalam pengolahan daging hewan kurban.
“Nanti setelah
pemotongan saat Idul Adha, daging hewan kurban tak perlu dicuci tapi langsung
direbus di suhu 70°C selama 30 menit.”
Abah Tariyat
melanjutkan, “Dan saat pemisahan daging dan tulang hewan kurban, usahakan
limfoglandula yang ada di daging dikeluarkan. Sebab di situ pertahanan tubuh
hewan dari virus. Jadi harus dibuang.”
“Virus ini memang tidak
berbahaya bagi manusia, namun alangkah baiknya jika kita melakukan pencegahan
agar hal yang tidak diinginkan, tidak terjadi,” tukasnya.
Waqf Integrated Farm
(WIF) adalah program pemberdayaan para peternak Indonesia agar lebih
profesional dengan memaksimalkan dana wakaf. Melalui WIF, Sinergi Foundation
berikhtiar menghasilkan domba unggulan yang sehat dan berkualitas untuk program
Green Kurban.
WIF melakukan banyak
aktivitas, mulai dari kandang pembibitan hingga penggemukan. Seluruh prosesnya
dilakukan dengan organik. WIF menghindari pakan olahan pabrik untuk
kambing-kambing yang dipelihara. Harapannya, dengan perawatan maksimal, hewan
ternak tumbuh lebih sehat dan daging yang dihasilkan pun lebih padat.