BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Setiap hari kasus hewan yang tertular Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) semakin bertambah. Dilansir dari siagapmk.id (Jumat, 24/6/22), kini virus PMK sudah menyebar ke 19 provinsi dan 216 kota/kabupaten dengan rincian hewan yang sakit 242.795 ekor, sembuh 79.241, potong bersyarat 2.325 ekor, dan jumlah hewan yang mati mencapai 1.402 ekor.
Dengan tingginya kasus
ini, maka diperlukan kehati-hatian saat mengonsumsi daging dari hewan
berlambung empat dan berkuku dua. Drh. Taryat Ali Nursidik membagi tips dalam
mengolah daging agar tetap aman dikonsumsi, terutama untuk Idul Adha mendatang.
“PMK ini menularnya
sangat cepat, jadi lebih aman meski hewannya sehat tetap diasumsikan tertular
PMK. Karena asumsinya tertular, maka daging itu dibuang limfloglandulanya lalu
direbus tanpa dicuci. Dipanaskan 70°C selama 30 menit, dan bungkus-bungkus
bekas dagingnya langsung dibakar,” jelas pria yang akrab disapa Abah Taryat
ini.
Untuk tulangnya
sendiri, lanjut Abah Taryat, sebaiknya tidak dikonsumsi. Karena tulang
merupakan tempat bersemayamnya virus PMK.
“Jadi setelah hewan
disembelih, itu langsung deboning, pisahkan tulang dan dagingnya. Lalu
tulangnya ini tidak dikonsumsi tapi langsung dikubur atau dibakar. Karena
tulang adalah tempat bersemayam virus.”
Selain tulang, bagian tubuh yang juga harus dihindari mulut, lidah, jantung, paru-paru, ginjal, ambing, dan bagian kaki.
“Kaki juga termasuk
tidak boleh untuk dikonsumsi karena kaki itu 80% tulang. Kalau jeroan,
berdasarkan pengetahuan Abah, memang ada beberapa orang yang mengatakan jeroan
jangan dikonsumsi. Tapi dari sisi keilmuan, yang kena itu bisa jantung, paru,
ginjal dan ambing. Istilah dalam kedokterannya ada tiger heart, sedang di paru
dan ambing alveolus-alveolusnya merenggang karena virus, jadi gak boleh
dikonsumsi.”
Meski usus disebut
bukan tempat bersemayam virus seperti jantung, paru, ginjal, dan ambing, imbuh
Abah, namun karena harus dibersihkan dengan air terlebih dulu, maka sebaiknya
tidak dikonsumsi sama sekali.
“Virus PMK ini tidak
terbunuh oleh air, tapi dengan dipanaskan bisa terbunuh. Makanya jangan dicuci.
Sebab kalau dicuci, virusnya akan menyebar. Jadi ketika daging datang itu buka,
rebus, dan kemasannya bakar.
“Begitupun dengan usus.
Meski bukan tempat bersemayamnya virus, tapi kalau terpaksa harus dicuci, maka
terpaksa tidak dimakan. Dasarnya jeroan tidak dimakan itu karena harus dicuci.
Kalau tidak dicuci kan ada kotorannya, kalau dicuci ya kemungkinan virusnya
menyebar melalui air,” jelas Abah.
Termasuk saat memasak
dengan cara dibakar, menurut Abah harus direbus dulu. “Anggap saja sekarang itu
daging mentahnya adalah hasil rebusan. Sebab kalau hanya mengandalkan dibakar
saja, matangnya tidak merata. Kalau direbus dulu, air panasnya meresap ke
dalam. Begitu pun dengan kulitnya, harus direbus dulu. Baru bisa dimanfaatkan
untuk lainnya.”
Hal yang juga perlu
diperhatikan tak hanya saat pencacahan dan memasak saja, begitupun saat
menyembelih harus diperhatikan.
“Virus PMK bisa
berpindah melalui pakaian karena itu pakaian waktu nyembelih tidak dibawa ke
tempat lain, harus disimpan di kandang tersebut. Jadi pakaian yang dipakai pas
datang harus diganti dengan pakaian untuk menyembelih di ruang ganti.”
“Barangkali Abah hanya
menekankan bagaimana kita tidak ikut menyebar, karena sebagai muslim kita harus
ihsan (berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun sesama
manusia). Bagaimana kita tidak boleh berpartisipasi dalam menyebarluaskan virus
itu,” tukasnya.
Sinergi Foundation
melalui Waqf Integrated Farm (WIF) melakukan ikhtiar maksimal untuk menjaga
hewan kurban di Green Kurban agar tetap sehat dan aman dari penularan virus
PMK.
Di antara ikhtiar yang
dilakukan adalah melarang kunjungan, menjaga kesehatan kambing kurban melalui
pakan organik, pemeriksaan kesehatan secara rutin, melakukan disinfeksi di
sekitar kawasan kandang, hingga melengkapi dengan surat keterangan sehat dari
dinas terkait.
Insya Allah, melalui
Green Kurban hadirkan hewan kurban terbaik untuk beribadah di Raya Idul Adha. (Red/**)