Caption : Kasubdit Operasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas RI, Kol.Kes M.Ihsan (kiri) dan Kadisdik Jabar Dedi Supandi (kanan) /Istimewa |
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Pemahaman wawasan kebangsaan yang diterapkan di lingkungan pendidikan Jawa Barat diapresiasi oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI. Bahkan Lemhanas menilai pendidikan di Jawa Barat layak ditiru oleh seluruh provinsi se-Indonesia.
Begitu dikatakan, Kasubdit Operasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas RI, Kol.Kes M.Ihsan, dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).
Pihaknya berharap lingkungan sekolah di Jabar terus berinovasi untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan.
"Sebenarnya hampir semua yang sudah diterapkan di Jabar itu saya berharap bisa diterapkan juga di provinsi-provinsi lain. Apa yang sudah dipaparkan dari Pak Kadisdik itu membuat kami semakin percaya kalau itu diterapkan di seluruh provinsi indonesia akan lebih baik lagi," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar yang menerapkan praktik-praktik pembumian Pancasila di sekolah baik itu melalui kurikulum, program dan kegiatan. Di antaranya, melalui hadirnya kurikulum Anti Radikalisme-Terorisme dan kurikulum Anti Korupsi untuk SMA, SMK SLB.
Menurutnya, dengan menumbuhkan nilai-nilai Kebangsaan mulai di bangku sekolah maka tantangan maupun isu isu global dapat diantisipasi sejak dini. Terlebih, dengan kemajuan teknologi dewasa ini informasi begitu kian mudah diakses.
"Kita bisa lihat sendiri, mereka lebih menggemari budaya-budaya asing," katanya.
Karena itu, Ihsan mengapresiasi, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Dedi Supandi yang telah mengimplementasikan tentang wawasan kebangsaan itu ada sektor pendidikan di Jawa Barat. Diketahui, Dedi Supandi sendiri merupakan salah satu alumni Taplai Lemhannas RI Angkatan III Virtual 2022.
Sementara itu, Kadisdik Jabar Dedi Supandi menjelaskan, tahun 2045 mendatang, Indonesia memasuki generasi emas, maka pada momen itu peran dari siswa maupun siswi, khususnya yang kini duduk di bangku SMA, SMK dan SLB akan sangat sangat dibutuhkan. Namun dibalik itu, ada sejumlah tantangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila pada era digitalisasi ini.
Selain terkait intoleransi, radikalisme dan terorisme, tingkat kesopanan netizen yang hari ini kita paling terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian.
"Di mana banyak informasi hoaks yang sulit dibendung, juga tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," ujar Dedi Supandi.
Karena itu, pihaknya sudah menerapkan kurikulum Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme dan kurikulum Anti Korupsi. Serta membentuk sekolah sekolah toleran, yang di dalamnya diajarkan kepada siswa dan siswi agar mampu memilah berita hoaks.
Termasuk dengan menggulirkan program Tujuh Harkat. Tujuh Harkat ini dikemas dengan tema-tema praktek baik yang setiap hari berbeda. Hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu, diisi dengan praktik baik khas.
"Misalnya di hari Senin, kita membuat lebih kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional jumlah tentang agama dan termasuk bagaimana menghargai orang tua," katanya.
Dedi menegaskan, agar terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang lebih baik maka pembumian Pancasila pada pelajar mesti terus ditekankan.
"Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan di tingkat SD pola pola membumikan Pancasila dibentuk dalam permainan permainan yang sifatnya tradisional," katanya.(Rie/Red)