Notification

×

Iklan

Iklan

Pemkot Bandung Akselerasi Penurunan Stunting Lewat Rembug Stunting

Senin, 31 Juli 2023 | 21:25 WIB Last Updated 2023-07-31T14:25:43Z

Caption : Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna  dalam kegiatan Rembug Stunting, Senin 31 Juli 2023.

KOTA BANDUNG.LENTERAJABAR.COM
,-- Beragam upaya telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk menurunkan kasus stunting. Salah satu langkah konkretnya adalah melalui kolaborasi pentahelix dan rembug stunting.


Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan, Kota Bandung menjadi kota yang paling mampu menurunkan angka stunting di Jawa Barat.


"Kita mencapai sekitar 7 persen penurunan stunting. Dari 26 persen menjadi 19 persen. Walaupun itu masih jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni 14 persen," ujar Ema dalam kegiatan Rembug Stunting, Senin 31 Juli 2023.


Ema menjelaskan, penanganan stunting menjadi fokus dalam rencana pembangunan daerah (RPD) pada Perwal nomor 14 tahun 2023 tentang RPD.


"Perwal ini berkenaan dengan masalah tujuan, indikator sasaran, target, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM. Di dalamnya mengakomodasi Pemkot fokus menangani permasalahan stunting," jabarnya.


Ema optimis, dengan merujuk pada kinerja yang sudah dilaksanakan Pemkot Bandung di tahun 2022, target 14 persen bisa diraih.


"Selama seluruh stakeholder bisa terintegrasi, kontribusi untuk menurunkan angka stunting. Dari level kepemimpinan kota, kecamatan, sampai kelurahan bisa bersatu padu dengan kader yang ada di wilayah," ucapnya.


Ia memaparkan, dari hasil analisis situasi yang ada di Kota Bandung, tak hanya Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) yang berperan dalam menurunkan angka stunting. Dinas lain seperti Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Disdik) memiliki peran penting juga. 


"Perlakuan terhadap remaja baru 73,71 persen, terutama penerima layanan status anemia. Lalu, para bayi yang dapat ASI eksklusif, ibunya harus bisa benar-benar sehat, sehingga ASI itu memiliki kandungan yang optimal sehingga bayi bisa tumbuh dengan ideal,” jelasnya.


Selain itu, masyarakat sekitar pun harus ikut berperan untuk membantu keluarga berisiko stunting. Kepedulian dari masyarakat yang berkemampuan memberikan dukungan makanan tambahan kepada masyarakat yang membutuhkan.


"Faktor lainnya, keluarga berisiko yang berada di kawasan kumuh masih butuh banyak perbaikan, air bersih, ventilasi, jarak antar rumah, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.


"Masalah mindset masyarakat juga perlu kita ubah secara perlahan. Sebab layak berhunian ini bisa jadi kontribusi hambatan besar untuk kita membebaskan stunting di Kota Bandung," imbuh Ema.


Oleh karena itu, Ema mengimbau agar sosialisasi aplikasi e-penting harus dimasifkan kembali ke masyarakat. Agar data balita di Kota Bandung pada tiap wilayah bisa dilihat secara real time.


"E-penting adalah pintu awal. Terus kita lakukan update sehingga bisa terlihat progresnya. Dari sana kita bisa cek mana anak yang harus difokuskan untuk penanganan stunting mana yang sudah bagus. Ini bekerja real time," imbuhnya.


Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Stunting Kota Bandung, Dewi Kaniasari memaparkan, dengan adanya kegiatan Rembug Stunting, hasil analisis situasi dan rancangan kegiatan intervensi penurunan stunting kabupaten atau kota yang terintegrasi bisa didiskusikan bersama seluruh stakeholder di Kota Bandung.


"Kegiatan ini dalam rangka mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana intervensi penurunan stunting yang terintegrasi," tutur Dewi.


Salah satu wilayah yang berhasil menurunkan angka stunting dengan signifikan yakni Kecamatan Andir.


Menanggapi hal tersebut, Camat Andir, Budi Rahmat Taufik mengatakan, penurunan stunting sangat dipengaruhi oleh masyarakat. 


Pada tahun 2021, jumlah balita yang ditimbang di Andir mencapai 90 persen.

Kemudian, pada tahun 2022 sebanyak 90,57 persen. Lalu tahun 2023 sebanyak 94,96 persen.


"Ini seiring dengan pencapaian target kesadaran masyarakat untuk menimbang bayi sangat tinggi. Ini mempermudah kami mendeteksi jumlah bayi yang terindikasi stunting," ucap Budi.


Ia menambahkan, upaya yang telah dilakukan pihaknya antara lain, menggali potensi pentahelix di wilayah. Setiap kelurahan di Kecamatan Andir menganggarkan 10-15 persen dana untuk stunting.


Selain itu, pihaknya pun mengedukasi PHBS, pemberian bantuan makanan tambahan secara rutin dianggarkan kelurahan juga melalui dana CSR.


"Berkat kolaborasi pentahelix, sebanyak 100 orang stunting telah didanai Lanud Husein Sastranegara dan Angkasa Pura," bebernya.


Ia menyebutkan, data stunting di Kecamatan Andir pada Februari 2021 mencapai sebanyak 222 kasus. Lalu, tahun 2022 mencapai 112 kasus. Kemudian, tahun 2023 menurun ke angka 104 kasus. (rie/din)


×
Berita Terbaru Update