JAKARTA.LENTERAJABAR.COM,-- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mendapatkan penghargaan tertinggi Piala Abdibaktitani 2023. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, pada Upacara Kemerdekaan Indonesia, Kamis 17 Agustus 2023 di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta.
Hal itu dijelaskan Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar saat dihubungi. Penghargaan ini merupakan kali ketiga diperoleh Pemkot Bandung.
"Kalau piala itu baru tahun ini. Tapi, sebenarnya kita sudah pernah dapat dua kali. Pertama tahun 2017 dan 2021. Tapi bentuknya plakat. Sekarang karena tiga kali, kita mendapatkan terbaik. Tahun ini kita diberikan piala secara langsung," jelas Gin Gin.
Ia melanjutkan, Adibakti diberikan kepada dinas atau lembaga yang memiliki pelayanan publik terbaik di bidang pertanian melalui inovasi. Adapun Piala Abdibaktitani 2023 yang diraih DKPP Kota Bandung dinilai melalui Kinerja Buruan Sae.
"Penghargaan ini dinilai berdasarkan beberapa aspek. Di antaranya adalah motto dan maklumat pelayanan, penerapan standar pelayanan, pengakuan manfaat bagi pemangku kepentingan, dan inovasi pelayanan publik," ucapnya.
Pada tahun 2017 silam, program yang memperoleh penghargaan berupa Mini Lab Keamanan Pangan. Lalu, tahun 2021 kita menawarkan Buruan Sae untuk dinilainya.
"Tahun ini pun kita masih mengusung Buruan Sae. Ini diselenggarakan per dua tahun sekali," ucapnya.
Ia mengungkapkan, semenjak tahun 2021 sampai sekarang, banyak perkembangan baru dari Buruan Sae. Hal ini menjadi salah satu penilaian lebih.
Dari jumlah kelompok pun semakin signifikan. Pada 2021 baru sampai 150 kelompok. Kini sudah ada 375 titik kelompok Buruan Sae di Kota Bandung.
"Buruan Sae tidak hanya mengembangkan ketersediaan pangan, tapi juga jadi solusi pengendalian inflasi. Selain itu, Buruan Sae juga bisa menjadi tempat edu wisata untuk anak," ungkap Gin Gin.
Menurutnya, Kota Bandung memang bukan kota produsen pangan, tapi mampu memberdayakan masyarakatmya untuk mengembangkan ketersediaan pangan melalui Buruan Sae ini.
Sebab, dari hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2020, sebanyak 96,42 persen kebutuhan pangan Kota Bandung diperoleh dari daerah lain.
"Lalu di tahun 2022 kita melakukan perhitungan itu lagi. Hasilnya ternyata ada penurunan cukup signifikan menjadi 90,16 persen," paparnya.
Meski kata Gin Gin, hal itu terjadi bukan hanya dari Buruan Sae. Tapi paling tidak, ketergantung tersebut cukup berkurang. Secara mikro bisa dilihat jika Buruan Sae mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Bahkan sebagian dari hasil produksi dijual dan dibagikan ke warga sekitar.
“Terima kasih untuk masyarakat Kota Bandung yang walaupun bukan petani, tapi tetap memiliki semangat dan karya melebihi petani sesungguhnya. Ini juga berkat kolaborasi pentahelix dalam kebersamaan mengawal pertanian Kota Bandung," katanya.
Selain menambah jumlah kelompok Buruan Sae, program lain yang sedang dikembangkan Pemkot Bandung adalah pangan berkualitas.
"Pangan bukan hanya bicara mengenai produksinya, tapi juga harus sehat dan memiliki nilai. Itu yang sedang kita kembangkan," tuturnya.
Saat ini, Gin Gin mengaku, sedang mengembangkan produksi pangan non beras, salah satunya shorgum. Ini diharapkan bisa menjadi model pengembangan pangan yang baru di Kota Bandung.
"Nantinya Kota Bandung bisa mengembangkan pangan alternatif lokal yang bisa menggantikan beras dan menambah pendapatan. Juga menjadi lakan ternak yang saat ini sedang mahal," ujarnya.
Selain itu, ada pula program pemanfaatan pangan diolah menjadi makan yang punya nilai gizi dan kesehatan. Sehingga bisa bermanfaat untuk kesejahteraan.
Tak hanya itu, pangan hewani di Kota Bandung juga akan semakin ditingkatkan. Sebab, Gin Gin mengakui jika kebutuhan pangan hewani di Kota Bandung cukup tinggi.(red/din)