Caption : Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,-- Masih ingat dengan film 5 cm yang sempat booming di tahun 2012? Sejak film yang dimainkan Herjunot Ali cs itu tayang, dampaknya sangat terasa. Hampir seluruh gunung termasuk Semeru penuh dengan pendaki-pendaki muda yang bahkan baru pernah mencicipi jalur pendakian.
Minimnya pengetahuan mengenai teknik hidup alam bebas (THAB), berdampak negatif pada kondisi gunung saat itu. Hal ini diakui Ketua Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), Akbar Al-Ghifari.
"Ledakan tren pendakian gunung membawa dampak negatif bagi gunung itu sendiri. Salah satunya, tumpukan sampah," ungkap Ghifari.
Lebih parah lagi, lanjutnya, banyak para pendaki pemula yang nekat mengunjugi cagar alam. Padahal kawasan tersebut harus steril karena memikul peran sebagai kawasan vital pelestarian alam.
Maka dari itu, ia beserta rekan-rekan KPGB menginisiasi 'Logbook 50 Gunung'. Isinya berupa edukasi lingkungan, geografis, vegetasi, potensi tiap gunung, sampai cerita-cerita lokal, mulai dari toponimi, sejarah, budaya, hingga mitos-mitos.
"Hal yang diutamakan itu gunung-gunung yang memiliki punya daya tarik, bisa membantu ekonomi masyarakat sekitar, dan mempunyai potensi wisata. Tapi, kita juga mengangkat gunung yang relatif sudah tidak menarik lagi untuk didaki, hutannya gundul, dan bahkan rawan bencana. Sisi edukasi yang diprioritaskan," jelasnya.
Sebab bagi Ghifari, gunung merupakan salah satu media belajar. Dari setiap pendakian gunung, ada pelajaran dan makna yang didapatkan. Lantas menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, gunung dipandang bisa mendekatkan pengabdian diri kepada Tuhan, saling menyayangi sesama manusia juga makhluk lainnya, serta menjaga dan merawat alam agar tetap lestari.
Namun, ternyata minat pemuda terhadap alam tak berlangsung lama. Kian hari, pendaki muda pun makin surut semangatnya. Bukan hanya Gunung Semeru yang menjadi sepi, gunung-gunung di Bandung Raya pun merasakannya.
Untuk memanggil kembali ruh-ruh pendaki muda menjejali alam, ia membuka KPGB untuk umum. Siapa saja bisa ikut bergabung untuk mendaki, melestarikan, sekaligus mencatat alam yang dipijaki.
"Sempat ada open trip ke Gunung Gedugan. Kita ajak juga pesertanya buat isi di Logbook 50 Gunung. Tapi ternyata yang ikut kisaran usia 30 tahun ke atas. Banyak anak muda yang mundur," akunya.
Ia menambahkan, anak-anak muda masa kini lebih senang mendaki gunung yang Instragramable dan yang tinggi puncaknya. Ada juga kecenderungan para pendaki tidak menetap di satu komunitas.
“Sedangkan KPGB, betul-betul terfokus dengan gunung-gunung di Bandung Raya,” katanya.
Tak hanya Logbook, untuk memikat para pendaki muda sebagai regenerasi, KPGB juga membuat adventure game. Berdasarkan Jurnal Universitas BSI berjudul "Aplikasi Adventure Game Berbasis Mobile Pada Komunitas Pendaki Gunung Bandung" aplikasi game yang bertemakan petualangan pendakian ini, dibentuk untuk memenuhi kepuasan para anggota KPGB.
Dengan pemrograman Cocos 2d-x berbasis game engine Android menggunakan smartphone menghasilkan game petulangan pendakian yang berkarakter 2D (dua dimensi). Game ini terhubung langsung pengguna dengan website KPGB yang di dalamnya terdapat informasi mengenai perlengkapan mendaki.
Aplikasi ini diharapkan dapat memberikan kesenangan bagi anggota KPGB yang tidak bisa melakukan aktivitas berpetualang atau mendaki secara langsung.
Yuk segera mencoba dan bergabung mencintai alam. (red/din)