Notification

×

Iklan

Iklan

Rilis BPS : Angka Kemiskinan Turun, Jumlah Penduduk Miskin di Jabar Capai 3,67 Juta Orang

Kamis, 16 Januari 2025 | 11:47 WIB Last Updated 2025-01-16T04:47:28Z


KOTA BANDUNG.LENTERAJABAR.COM
, – Penduduk miskin per September 2024 di Jawa Barat sebanyak 3,67 juta orang atau 7,08 persen. Angka ini turun sebesar 0,38 persen poin jika dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang sebanyak 3,85 juta orang. Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus pada rilis Berita Resmi Statistik di Aula Kantor BPS Provinsi Jawa Barat Rabu, (15/01/2025).


Kondisi ekonomi makro yang cenderung positif menjadi faktor turunnya angka kemiskinan periode September 2024 di Jawa Barat. Inflasi yang cukup terkendali dan  pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 yang tumbuh sebesar 2,59 persen dibanding triwulan I 2024 menjadi indikator turunnya kemiskinan di Jawa Barat, .


Indikator lainnya adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 juga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dibanding Februari 2024.


“Penurunan angka kemiskinan selain diakibatkan kondisi ekonomi makro yang membaik, juga adanya berbagai program bantuan untuk masyarakat dari pemerintah”, papar Darwis


Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus mengatakan untuk mengukur Garis Kemiskinan (GK), BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Yang kemudian diukur dengan menggunakan garis kemiskinan.


“Garis Kemiskinan September 2024 sebesar Rp.535.509 per kapita per bulan. Dan GK ini naik 2,19 persen dibandingkan Maret 2024. Komoditi makanan menyumbang 74,72 persen terhadap Garis Kemiskinan September 2024 , jelas Darwis


Di perkotaan komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di daerah perkotaan yaitu beras sebesar 22,08 persen, rokok kretek filter sebesar 12,09 persen dan daging ayang ras sebesar 5,36 persen. Sementara untuk non makanan yaitu perumahan sebesar 9,18 persen, bensin sebesar 3,70 persen, dan  listrik sebesar 2,51 persen.


Sementara di perdesaan komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di daerah perdesaan yaitu beras sebesar 25,52 persen, rokok kretek filter sebesar 8,79 persen dan telur ayam ras sebesar 4,51 persen. Untuk non makanan yaitu perumahan sebesar 10,13 persen, bensin sebesar 3,09 persen dan listrik sebesar 1,65 persen.


Angka kemiskinan September 2024 ini menjadi yang terendah sejak Maret 2020 yang mencapai 7,88 persen. Akan tetapi masih lebih tinggi dari angka kemiskinan September 2019 yang mencapai 6,82 persen.


Darwis Sitorus menjelaskan menurut status wilayah, kemiskinan perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,42 persen poin atau sebanyak 141,06 ribu orang. Untuk di perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,22 persen poin atau sebanyak 39,26 ribu orang. 


Selain angka kemiskinan juga disampaikan terkait Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan rata-rata jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.


“Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,21 pada Maret 2024 menjadi 1,05 pada September 2024.  Indeks P1 di perdesaan sebesar 1,44 lebih tinggi dibanding perkotaan yang sebesar 0,96. Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,29 pada Maret 2024 menjadi 0,24 pada September 2024”, rinci Darwis.


Tingkat Ketimpangan Pengeluaran atau Gini Ratio


September 2024, Gini Ratio di Jawa Barat sebesar 0,428, ini termasuk kategori ketimpangan sedang. Secara wilayah, Gini Ratio perkotaan sebesar 0,439 lebih tinggi dibandingkan perdesaan yang sebesar 0,327. Menurut kriteria Bank Dunia persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah sebesar 16,48 persen, ini termasuk ketimpangan sedang.


“Dapat disimpulkan, kondisi kemiskinan di Jawa Barat September 2024 dibanding Maret 2024 membaik, namun ketimpangannya sedikit meningkat”, pungkas Darwis.(red/ril)


×
Berita Terbaru Update